Adalah Pulau Sjahril di Kepulauan Banda Kabupaten Maluku Tengah. Di Pulau ini Sutan Sjahril sering bepergian saat Kolonial Belanda menahan mantan Perdana Menteri Indonesia itu di Kepulauan Banda.
Selain Sutan Sjahril ada pula Bung Hatta dan Dr Cipto Manungkusomo yang diasingkan kesana.
Kini setelah 79 tahun Indonesia Merdeka, kondisi pendidikan di pulau itu masih merana, jauh dari kelajuan usia kemerdekaan.
— Laporan : Ancha Sapsuha, Masohi—
SD Kecil Pulau Sjahril alias Pulau Pisang adalah gambaran potret buram Sekolah Merdeka yang berdengung dari sudut sempit Kurikulum Merdeka.
Meski banyak kekurangan, sekolah SD Sutan Sjahril sampai saat ini masih berdiri tegak. Satu bangunan kecil menjadi pusat anak usia dini di Pulau Sahril menimba ilmu.
Satu bangunan ini pun dibagi menjadi dua kelas. Kelas pertama diisi oleh murid kelas I, 2 dan 3. Sedangkan ruangan tersisa bagi siswa yang menutut ilmu di kelas 4, 5 dan 6.
‘’Di sekolah ini terdapat 17 siswa. Guru pun hanya satu berstatus honorer,’’ kata Ajeng Selaningrat, Kepala Sekolah SD 207 Maluku Tengah.
Ajeng menerangkan itu saat menerima kedatangan Kepala Dinas Pendidikan Maluku Tengah Husen Mukadar saat bertandang ke sana, awal pekan ini.
Ikut pula dalam rombongan blusukan ini sejumlah pegawai Balai Guru Penggerak (BPG) Provinsi Maluku.
Ajeng merinci 17 murid sekolah ini terdiri dari 5 orang di Kelas I, 2 orang di kelas II, Kelas III empat 4 orang dan 3 orang di Kelas IV dan selanjutnya masing-masing satu murid di Kelas V dan VI.
KELAS JAUH
SD Kecil Pulau Sjahril merupakan Sekolah Cabang atau Kelas Jauh. Sekolah induk adalah SD 207 Maluku Tengah yang berada di Pulau Neira, masih pada gugusan Kepulauan Banda.
‘’Jadi ini kelas jauh atau cabang. Kita membijaki ini karena saban hari anak-anak harus mendayung perahu sampan ke sekolah,’’ katanya bercerita.
‘’Itu pun kalau kondisi cuaca baik, belum lagi resiko perahu mereka terbalik,’’ sambung Ajeng menggambarkan bahaya laut Banda yang terus mengintai anak-anak.
Nah, kelas jauh ini berdiri sedari tahun 2016. Hanya meja kursi yang di-hibah-kan dari sekolah induk.
PASOK TENAGA GURU
Praktis, delapan tahun sudah sekolah ini berdiri, merana, tapi terus mencetak lulusan dasar bagi generasi asal Pulau Pisang itu.
“Akan kita renovasi ruangan dan fasilitas sesuai kebutuhan sekolah,’’ ujar Kadis Husen Mukadar setelah mendengar kesah guru dan orang tua siswa.
Baca Juga:
498 Guru se-Pulau Saparua Ikut Murid, Murid Disabilitas Tak Ketinggalan; https://sentralpolitik.com/498-guru-se-pulau-saparua-ikut-mudik-murid-disabilitas-tak-ketinggalan/
Selain fasilitas, ia berjanji akan memasok tenaga guru kesana. “Insyha Allah, akan ada penambahan tenaga guru sedianya mendidik dan mencerdaskan anak-anak bangsa di Pulau Sjahril, ” tandasnya. (*)
Respon (5)