SAUMLAKI, SentralPolitik.com _ Akhirnya “nasi bungkus” membawa maut. Satu korban meninggal dunia dari 26 pasien yang sementara dirawat pada Puskesmas Romean, Kecamatan Fordata.
—
“Lima menit lalu, satu anak yang menjalani rawat inap meninggal dunia,’’ kata sumber media di ini Puskesmas Romean, ibukota Kecamatan Fordata, Kabupaten KKT.
Korban yang meninggal atas nama Yohana Wermasubun, bocah berusia 11 tahun.
Media ini menerima kabar kematian Pasien pada pukul 22.31 WIT, atau beberapa menit setelah media ini melansir adanya lonjakan pasien di Puskesmas setempat.
KADES AWEAR DIUSIR
Sementara itu, Kades Awear Marthen Oratmangun kepada media ini mengakui kalau pagi tadi, setibanya di desa dari Kota Saumlaki, ia langsung menuju Puskesmas.
Selain belasan warganya tengah menjalani perawatan, ibu dan kakak bersama ponakan kandungnya juga menjadi pasien di rumah sakit.
‘’Tadi pagi saya datangi Puskesmas, mereka itu warga saya. Saya minta agar upayakan bagaimana semuanya harus mendapat evakuasi,’’ katanya bercerita.
Ia mengambil langkah itu mengingat tiga hari penanganan medis tidak membawa perubahan apa-apa. Bahkan, fasilitas pendukung juga tidak memadai.
Karena ia ngotot dan terkesan memicu keributan di Puskesmas, Kades malah di usir dari Puskesmas oleh tenaga medis.
‘’Saya bilang, oke silahkan mereka jalani perawatan, asalkan jangan ada korban yang meninggal dunia. Nah, itu tadi pagi kejadiannya, dan malam ini sudah ada korban jiwa. Apakah mereka bisa bertanggung jawab untuk itu,’’ kecamnya.
Menyoal perintah Sekda KKT supaya melakukan evakuasi secepatnya ke Kota Larat, Oratmangun menyebutkan kalau pihaknya mendukung itu.
Hanya saja semuanya berpulang ke dokter dan tenaga medis di Puskesmas itu.
‘’Soal kondisi pasien itu memang dokter yang lebih tahu, tapi kalau pun evakuasi malam ini memang tidak memungkinkan,’’ kata dia.
Karena menyeberang lewat Selat Fordata-Larat cukup berbahaya juga, sebab cuaca buruk dan angin kencang.
’’Kalau dari tadi siang setelah kami datangi Puskesmas sebetulnya belum terlambat. Jadi baiknya besok pagi,’’ tutupnya.
BAKU HARAP
Informasi media ini menyebutkan kalau adanya ‘baku harap’ antara Pemerintah Kabupaten Kepulauan Tanimbar dengan Paslon Jauwerissa-Ratuanak.
Tim Paslon hanya menurunkan Tim Politik ke Puskesmas untuk membersihkan diri dari tudingan tanggung jawab nasi bungkus.
Mereka lebih berkesimpulan bahwa korban belasan pasien yang menjalani rawat inap merupakan korban Muntaber.
Sementara Pemkab KKT lebih ‘memilih’ kalau korban itu merupakan ulah nasi bungkus Paslon. Meski kondisi Puskesmas tidak memadai, sejauh ini tidak ada penangan nyata Pemkab KKT.
Baca Juga:
Korban Nasi Bungkus Jauwerissa-Ratuanak Bertambah, Pemda Ambil Langkah Evakuasi; https://sentralpolitik.com/korban-nasi-bungkus-jauwerissa-ratuanak-bertambah-pemda-ambil-langkah-evakuasi/
Akibatnya ‘baku harap ini’, setelah tiga hari sakit baru Pemkab KKT menginstruksikan evakuasi para korban ke Kota Larat. (*)