SAUMLAKI, SentralPolitik.com _ Diduga terjadi malpraktek dalam penanganan korban yang diduga keracunan nasi bungkus yang meninggal di Pulau Fordata, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku.
Dugaan ini menyusul pernyataan keluarga korban terkait kronologis penanganan medis terhadap korban meninggal dunia.
—
Adalah Yohanes Balia, kakek almarhumah Yohana Ambalani Wermasubun (11), korban meninggal. Kepada wartawan di Desa Awear Balia bercerita kronologis kejadian.
Dengan mata berkaca-kaca, Minggu (13/10/2024) Balia menceritakan ikhwal awal tragedi maut yang merenggut cucunya itu.
Pada Rabu (9/10/2024) ia bersama sejumah warga menghadiri kampanye dialogis Paslon Nomor 3 Ricky Jawerisa-Juliana Chatarina Ratuanak di Desa Awear.
Usai kampanye Kakek Balia bersama warga yang hadir mendapat nasi bungkus oleh Tim Pemenangan Paslon.
“Mendapat nasi bungkus itu, dari pada makan di jalan, saya bawa pulang kasih cucu,” kenang sang Kakek berusaha menahan tangis di samping jenazah cucunya.
Menurut Kakek Balia, setelah cucunya memakan sebungkus nasi pemberiannya itu, sekitar jam 10 malam, si cucu mulai mengalami mual dan muntah serta BAB.
Kondisi ini terjadi terus menerus. Karena itu pagi hari sekitar pukul 09.00 WIT, ia bersama keluarga membawa Yohana ke Puskesmas Romean, Kecamatan Fordata.
“Cucu kami ini mual, muntah dan BAB kemudian panas tinggi, akhirnya kami bawah ke puskemas,” ucapnya.
DUGAAN MALPRAKTEK
Sayangnya, menurut Kakek Bilai, sampai di Puskesmas, Yohana tidak mendapat infus dari petugas medis yang ada.
Melihat hal itu, sebagai perpanjangan orang tua korban, dirinya merasa kecewa.
Apalagi terhitung sejak masuk untuk rawat inap hingga hari ketiga menjelang korban meninggal, siswa SD ini baru mendapat infus dari dokter dan tenaga medis.
“Cucu saya itu masuk Puskemas jam 9 pagi. Dia terus BAB, muntah dan panas tinggi, begitu terus kondisinya,” kenang Balia.
‘’Tapi herannya selama tiga hari tidak mendapat infus, sementara semua pasien di Puskesmas mendapat tindakan infus,’’ katanya.
Ia mengaku sangat kesal sebab saat bertanya kepada dokter maupun perawat, ia mendapat jawaban yang sangat tidak masuk akal.
‘’Mengapa cucu saya tidak diinfus? Mereka katakan kalau cucu saya kuat jadi tidak perlu mendapat infus. Padahal faktanya cucu kami saat itu sementara panas tinggi,’’ kata dia.
MENINGGAL
Pada hari ketiga di Puskesmas kondisi Yohana makin drop. Dia terlihat berjuang dengan maut pada sisa-sisa tarikan nafas terakhir.
‘’Nah ketika kondisi seperti itu baru pihak medis memberikan nafas buatan dan pasang selang di bagian anus cucunya. Sesaat kemudian cucu kami meninggal,” ujarnya.
Ia bercerita saat melakukan infus, keluarga melihat kalau kondisi korban sudah sangat lain. ‘’Istilah Tanimbar it tunggak sana,’’ katanya.
‘’Dari pihak medis mungkin tidak terbuka tapi sebagai orang tua kami sudah lihat perawatan pakai nafas buatan dan pasang selang sudah sangat kecewa,’’ kata dia
KUNJUNGAN BUPATI
Sementara itu pada Ahad (13/10/2024) Penjabat Bupati Kepulauan Tanimbar, Alwiyah Fadlun Alaydrus, melakukan kunjungan langsung di Puskesmas Romean.
Ia juga sempat berinteraksi dengan para pasien.
Menjawab media ini, Alaydrus mengaku setelah melakukan kunjungan pihaknya mendapat keterangan dari pihak penanggungjawab dan dokter, terdapat pasien Diare sebanyak 26 orang.
‘’Hari ini sisa 11 orang, dan 2 orang persiapan pulang besok,’’ katanya.
Ia menyebutkan status pasien, 1 orang dehidrasi berat dan masih dalam pantauan intensif. Tapi kondisi lebih baik dari hari kemarin.
‘’Para pasien tidak di rujuk karena Puskesmas dapat menangani dengan baik. Stok obat-obatan masih cukup sehingga belum perlu penambahan,’’ sebutnya.
Ada satu korban meninggal yakni anal berusia 11 tahun. ‘’Penyebab (kematian) penyakit infeksi lainnya yang tidak berhubungan dengan diare,’’ kata dia.
MAKANAN JADI PEMICU
Terpisah, Kepala Dinkes KKT dr. Edwin Tomasoa, menjelaskan kalau masalah warga Desa Awear dari hasil on the spot ke Puskesmas, terdapat dua peluang kemungkinan.
‘’Pertama kemungkinan berkaitan dengan kasus makanan. Dan kemungkinan kedua bertepatan dengan momen kampanye dialogis oleh Paslon Nomor 3,’’ sebutnya.
Ia menyebutkan di Fordata sendiri ada peningkatan kasus diare di bulan Juli-Agustus. September tidak ada kasus dan baru Oktober muncul lagi. ‘’Itu duga-duga sih,” jelasnya.
TOLAK UNGKAP PENYEBAB KEMATIAN
Terhadap korban anak yang meninggal, kata Tomasoa, dari laporan dokter Puskesmas, bukan karena kasus diare.
“Mau tahu orang pung sakit saja. Itu kan pasien, kita harus jaga kerahasiaan pasien. Yang jelas yang meninggal itu tidak ada kaitan dengan kasus banyak-banyak itu,” ujarnya menolak.
Ia juga menolak memberikan keterangan lanjut.
Baca Juga:
Keluarga Minta Polisi Usut Kasus Nasi Bungkus; https://sentralpolitik.com/keluarga-korban-minta-polisi-usut-kasus-nasi-bungkus-desak-otopsi-jenasah/
“Beta seng mau memperpanjang itu. Intinya saya sudah cek ke dokter Puskesmas. Anak yang meninggal itu tidak ada hubungan dengan pasien lain,” kata dia. (*)
Menurut saya di satu sisi jagan muda menerima makanan dari orang lain apalagi kalau kita tidak tau, tidak melihat cara masak atau caramembuatnya karna resikonya itu menyebabkan Diare atau muntaber yg ssuai degan almarhum rasakan atau dapatkan
Trus di sisi lain pihak puskesmas atau tenaga menis tidak bole mengatakan pasien masi kuat jdi tidak di kasi infus sebenarnya tidak boleh mengatakan seperti itu, karna pertolongan pertama dari tuhan yang maha kuasa dan pertolongan ke 2 dari tenaga medis dan juga dokter, karna kalau pihak keluarga suda membawa pasien ke puskesmas berarti pihak keluarga tidak bisa menagani pasien tersebut dan Mereka butuh bantuan dan pertologan dari tenaga medis dan juga dokter.
Saran saya jagan lagi menerima makanan atau apa sja yg bisa di makan dari orang lain apalagi kita tidak tau bagaimana cara mereka membuat atau memasak, dan juga untuk pihak tenaga medis, siapapun dia Enta dia masi kuat atau suda lemah kalau sampai pihak keluarga suda membawa pasien ke puskesmas berarti mereka sangat membutuhkan pertologan, maka dari itu harus memperhatikan Setiap pasien yg sedang membutuhkan pertologan
Maaf jika ada kata yg tidak sopan