OPINI

Fenomena Uji CPNS, Keprihatinan Bagi Peluang Anak-Anak Maluku

×

Fenomena Uji CPNS, Keprihatinan Bagi Peluang Anak-Anak Maluku

Sebarkan artikel ini

Oleh : Matias Neis Watunglawar, SH, MH (Pelayan Public, Tokoh Muda Katolik & ISKA Indonesia-Maluku)

Matias Watunglawar
Matias Watunglawar. - F: DOK sp.com.

SELEKSI CPNS, lewat SKD dan SKB di Provinsi Maluku dan kabupaten/ kota memperlihatkan fenomena keprihatinan peserta anak-anak Maluku.

Partisipan dari luar wilayah Maluku, lebih gampang menggapai nilai ambang batas (passing grade), ketimbang partisipan dari dalam wilayah kita.

Advertisement
Iklan
Scroll kebawah untuk baca berita

—-

Berikut ulasan penulis tentang beberapa aspek yang sekiranya menjadi gagasan PERUBAHAN, sebagai berikut:

* Persiapan serta Akses Informasi

Partisipan dari luar wilayah Maluku, spesialnya dari wilayah dengan tingkatan pembelajaran yang lebih maju, cenderung mempunyai akses lebih baik terhadap data serta modul tes.

Mereka bisa jadi mempunyai sarana belajar yang lebih baik, semacam tutorial belajar ataupun akses ke platform online yang mencukupi membuat persiapan tes yang lebih baik.

* Pembelajaran serta Mutu Pengajaran

Pembelajaran di luar Maluku, spesialnya di kota-kota besar, cenderung mempunyai mutu pengajaran yang lebih besar serta lebih lengkap.

Perihal ini berkontribusi pada kesiapan partisipan dalam mengalami uji, sebab mereka memperoleh pembelajaran dengan standar yang lebih besar dibanding dengan daerah-daerah di Maluku, yang bisa jadi mempunyai keterbatasan dalam perihal infrastruktur serta sarana pembelajaran.

* Keterbatasan Akses Pembelajaran di Maluku

Di sebagian wilayah di Maluku, keterbatasan fasilitas serta prasarana pembelajaran bisa pengaruhi mutu pembelajaran serta energi saing para partisipan uji CPNS.

Sarana pembelajaran yang kurang mencukupi, dan tidak memadai, semacam minimnya akses terhadap bahan ajar yang relevan ataupun keterbatasan dalam tata cara pengajaran, dapat pengaruhi keahlian partisipan dalam mempersiapkan diri untuk Tes CPNS.

* Minimnya Pelatihan ataupun Tutorial Belajar

Banyak partisipan dari dalam Maluku bisa jadi tidak mempunyai peluang buat menjajaki pelatihan ataupun tutorial belajar intensif, yang bisa jadi aspek berarti buat menguasai modul tes dengan lebih baik.

Sedangkan itu, partisipan dari luar wilayah bisa jadi lebih gampang mengakses lembaga-lembaga tersebut.

* Aspek Ekonomi serta Mobilitas

Partisipan dari luar wilayah yang lebih sanggup secara ekonomi kerap kali lebih mempunyai keahlian buat menjajaki tes di luar wilayah mereka, baik dari segi pembayaran transportasi ataupun tempat tinggal.

Hal ini memberikan mereka peluang sehingga lebih fokus pada persiapan tes tanpa terdapatnya hambatan yang mengusik.

* Sistem Evaluasi serta Kebijakan Pemerintah

Terkadang, kebijakan pemerintah ataupun sistem evaluasi yang diterapkan dalam uji CPNS bisa jadi mempunyai kekurangan dalam menyeimbangkan antara partisipan dari pusat dengan wilayah lokal lain.

Bila ambang batas tes memang dirasakan besar ataupun tidak disesuaikan pendidikan dengan keadaan lokal. Partisipan dari wilayah dengan mutu pembelajaran yang lebih rendah bisa jadi kesusahan buat mencapainya passing grade, walaupun mereka telah berupaya semaksimal mungkin.

Fenomena ini mencerminkan ketimpangan dalam akses pembelajaran serta pelatihan, baik inter serta antar wilayah Maluku serta wilayah luar Maluku, yang berpotensi mempengaruhi hasil uji CPNS di provinsi tersebut.

* Faktor Kebijakan serta Kedudukan dan Pemangku Kepentingan.

Menjadi keprihatinan besar bagaimana lulusan para sarjana pada Akademi Besar di Maluku, baik negeri serta swasta yang telah menggapai nilai cumlaude serta predikat Baik dalam berkompetisi dengan partisipan dari luar wilayah, kadangkala tersendat, sebab nilai yang ditargetkan tidak mecapai passing grade. Perihal ini dapat kita amati melalui website Pemkot.

Persoalan saat ini, apakah pembelajaran di Maluku kurang baik, ataukah kebalikannya mutu SDM kita masih butuh diasa ?

Dalam cerminan fenomena ini menjadi pertimbangan pemangku kepentingan, wajib memandang mutu SDM Maluku dari segi pembelajaran sehingga pendidikan di Maluku lebih di prioritaskan, lewat keterwakilan suara (legislatif) yang ada di pusat maupun di daerah secara nyata, serta bukan janji-janji dikala mengkampanyekan pembelajaran secara gratis, untuk anak kurang mampu ataupun beasiswa berprestasi bagi anak-anak di Maluku.

Tetapi dalam penerapannya sehabis menjabat, terbilang belum berani serta konkrit utuk memperjuangkan kebijakan tersebut.

*Optimalisasi Pengambilan keputusan Pemangku Kepentingan sangat perlu dikonkritkan

Ini cukup signifikan sehingga peluang anak-anak Maluku memiliki jalur serta peluang buat merasakan perjuangan orang tua mereka, yang acap kali telah bekerja keras, membiayai pembelajaran mereka hingga perguruan tinggi, supaya mengecap pekerjaan di negeri sendiri, kadang diluar harapan dan tidak mendapat tempat di negara sendiri.

Anak-anak kita yang berkuliah di Maluku kadang hanya menjadi penonton, sebab bukan kurang atau tidak sanggup, tetapi peluang anak-anak wilayah lain atau pun terdapat anak- anak Maluku yang mendapatkan mutu pembelajaran di luar wilayah serta akses yang lebih maju dan lumayan baik, dengan gampang mendapatkan peluang kerja di Maluku ketimbang yang mendapatkan pendidikan di Maluku.

Harapannya kiranya kuota tidak terbuang; misalnya diminta kuotanya 11, yang lulus cuma 7.

Beberapa pandangan yang menguatkan arah pikir penulis serta keprihatinan fenomena diatas, antara lain;

1. Kebijakan Pemerataan Pembangunan

Pakar Ekonomi Pembangunan, semacam Profesor. Dokter. Muhammad Syafii Anwar, berkomentar kalau, kebijakan pemerintah yang fokus pada pemerataan pembangunan antar wilayah bisa membuka kesempatan untuk anak- anak wilayah buat bekerja di tempat mereka sendiri.

Pembangunan infrastruktur, pembelajaran, serta sarana universal di daerah- daerah terpencil, terdepan dan terluar, sangat berarti supaya anak-anak di daerah mempunyai peluang yang setara dengan anak-anak dari kota besar dalam perihal memperoleh pekerjaan.

Kebijakan yang mencermati pembangunan yang menyeluruh hendak menghasilkan kesempatan ekonomi serta mengurangi kesenjangan antar daerah.

Pemecahan: Pemerintah Pusat perlu mengalokasikan lebih banyak anggaran sehingga pembangunan di wilayah tertinggal, terdepan, terluar, serta perlu meningkatkan mutu pembelajaran dan pelatihan keahlian supaya anak-anak di wilayah seperti Maluku, dapat siap, untuk bekerja di sektor- sektor yang tumbuh di daerah sendiri.

2. Kebijakan Pengembangan SDM serta Pendidikan

Pakar Pembelajaran, semacam Profesor. Dokter. H. Zainal Arifin, menyatakan, kalau pengembangan mutu sumber daya manusia ( SDM) sangat berarti dalam membuka kesempatan kerja di wilayahnya.

Bila mutu pembelajaran serta keahlian anak-anak di wilayah 3T dapat ditingkatkan, sehingga mereka hendak mempunyai energi saing yang lebih baik di pasar kerja lokal.

Program- program beasiswa, pembelajaran vokasi, serta pelatihan keahlian berbasis kebutuhan pasar bisa menolong mempersiapkan anak-anak di wilayah Maluku sehingga dapat berkompetisi di dunia kerja.

Pemecahan: Pemerintah Pusat serta Wilayah butuh, ketersediaan program pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan pasar lokal, paling utama buat sektor- sektor yang tumbuh di wilayah tersebut, semacam pariwisata, perikanan, pertanian, seni musik serta industri local dan UMKM.

3. Konsentrasi serta Desentralisasi Kekuasaan

Pakar Administrasi Negeri, semacam Dokter. Eko Prasojo, berkomentar kalau kebijakan desentralisasi yang lebih kokoh hendak membolehkan pemerintah wilayah Maluku, membuat lebih proaktif dalam menghasilkan kebijakan yang cocok dengan keadaan serta kemampuan daerahnya.

Dengan desentralisasi, pemerintah wilayah Maluku pula mempunyai keleluasaan dalam merancang program pengembangan ekonomi lokal yang dapat membuka lapangan pekerjaan untuk anak-anak wilayahnya.

Pemecahan: Pemerintah pusat, wajib menunjang serta membagikan kewenangan lebih kepada pemerintah wilayah Maluku, sehinngga mengelola sumber energi alam, menyusun kebijakan pengembangan ekonomi yang cocok dengan kemampuan wilayah, serta merancang program-program SDM yang bisa membuka kesempatan peluang kerja untuk warga lokal.

Kesimpulan:

Pembahasan para pakar dengan komentar mereka membagikan gagasan kalau, kebijakan pemerintah yang efisien, membuka kesempatan kerja untuk anak-anak Maluku, wajib mengaitkan pendekatan yang holistik, secara totalitas bukan saja pembangunan infrastruktur, tetapi pemberdayaan kewirausahaan, pengembangan SDM, desentralisasi, Program Beasiswa, pembelajaran yang bermutu, serta kerja sama dengan pihak swasta.

Baca Juga:

Posisi Tawar SDM Maluku pada Pemerintah Pusat; https://sentralpolitik.com/posisi-tawar-sdm-maluku-pada-pemerintah-pusat/

Dengan kebijakan yang menyentuh langsung serta keberpihakan Pusat pada Maluku, niscaya anak-anak Maluku yang mengecap pendidikan di Maluku pula bisa menikmati peluang kerja di tanah Maluku, tanah kelahiran mereka. Semoga. (*)

https://matiasneis-watunglawar.blogspot.com/

Baca berita menarik lainnya dari SentralPolitik.com di GOOGLE NEWS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

M J Latuconsina
OPINI

Pasca Perang Dunia ke-2 (1939-1945) pembangunan gencar secara global dilakukan, dimana semua negara berlomba-lomba melaksanakannya. Kondisi ini nampak sekali pada…

OPINI
OPINI

DINAMIKA politik hukum Indonesia hari-hari ini menuai reaksi publik hingga demonstrasi mewarnai beberapa titik di Indonesia. —AdvertisementScroll kebawah untuk baca…