AMBON, SentralPolitik.com – Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa mengharapkan Gereja Imanuel Jemaat GPM Eirene menjadi mecusuar terang di tengah kegelapan.
Kepala Dinas Komimfo Maluku Melky Lohy saat menyampaikan pesam Lewerissa saat peresmian gereja di Jemaat Klasis Masohi, Minggu (8/6/2025).
Gedung gereja ini berada di Dusun Ralmida, Negeri Yafila Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah.
Hadir Ketua Majelis Pekerja Harian Sinode GPM Pdt. Elifas Maspaitella, Asisten II Sekda Maluku Tengah, Forkopimda Malteng dan Anggota DPRD.
Selain itu MPH, Klasis GPM Masohi, Ketua Majelis Jemaat GPM Eirene beserta Penatua dan Diaken serta warga jemaat dan undangan lainnya.
Penandatanganan Prasasti oleh MPH Sinode GPM Pdt. E. Maspaitella dan Melky Lohy mengawali peresmian.
Selanjutnya pembukaan selubung Papan Nama Gedung, pengguntingan pita oleh Pdt. Dessy Maspaitella, serta penyerahan Kunci dan pembukaan pintu.
LAMBANG KESETIAAN
Menurut Lewerissa Gereja Imanuel menjadi lambang kesetiaan umat kepada Tuhan, simbol keutuhan jemaat dan manifestasi nyata kasih Kristus.
“Nama Imanuel yang berarti Allah beserta Kita, menjadi akta iman yang mengamini kuasa penyertaan Tuhan,’’ katanya.
Kuasa penyertaan Tuhan nyata sejak perencanaan, pelaksanaan pembangunan hingga sampai pada momen yang mengharukan hari ini.
‘’Memang gedung ini berdiri karena kerja tangan-tangan manusia, tapi setiap pembangunan Rumah Tuhan, maka keyakinan Kristiani kita menyatakan sakramentum Allah terjadi di sana,” terangnya.
Katanya, GPM masa kini adalah “Gereja yang melayani dan bersaksi di tengah dunia yang terluka”.
Karena itu tidak boleh memaknai peresmian gereja ini hanya sebagai akhir dari sebuah pembangunan, tapi awal dari tugas yang lebih besar.
Gereja Imanuel harus menjadi mercusuar terang di tengah kegelapan, ia harus menjadi ruang pengharapan di tengah masyarakat yang haus akan kebenaran dan keadilan.
Selanjutnya menjadi tempat pelayanan yang inklusif, terbuka bagi siapa saja yang membutuhkan kasih Kristus.
‘’Tidak memandang latar belakang, status sosial, jabatan, golongan atau suku bangsa,” ungkap Gubernur dalam sambutan tertulisnya.
Lewerissa mengajak untuk merawat Gedung Gereja ini dengan penuh tanggung jawab.
Gereja ini menghabiskan waktu pembangunan kurang lebih 11 tahun 3 bulan 8 hari, dengan biaya Rp. 2,009 miliar, sejak peletakan batu pertama, 14 Februari 2014. (*)