AMBON, SentralPolitik.com – Gubernur Maluku, Hendrik Lewerissa memimpin penanaman 100 ribu anakan Cabai serentak di Maluku, Rabu (13/08/2025).
Gubernur memimpin penanaman di Dusun Telaga Kodok, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah.
Hamparan tanah seluas 1,5 hektare menjadi saksi awal gerakan yang diharapkan mampu menekan laju inflasi dan ketahanan pangan di Bumi Raja-Raja ini.
Pemprov Maluku melalui Dinas Pertanian bersama 11 kabupaten/ kota juga secara daring melakukan penanaman Cabai serempak di daerah masing-masing.
Hadir pula Ketua TP-PKK Maluku, Maya Baby Rampen, Kepala Perwakilan BI Maluku, Muhamad Latief dan para pimpinan OPD, Penyuluh dan para petani.
Lewerissa dalam sambutannya menegaskan dukungan penuh pemerintah daerah terhadap gerakan ini, sebagai langkah strategis mengendalikan inflasi pangan.
“Cabai selama ini menjadi salah satu komoditas yang berkontribusi pada inflasi. Dengan menambah luas tanam, kita mendorong produksi dan mengurangi ketergantungan pasokan dari luar,” ujarnya.
PENYUMBANG INFLASI
Sesuai data, inflasi Maluku per Juli 2025 berada pada posisi 2,91 persen (year to date), relatif terkendali.
Namun, cabai merah dan cabai rawit tetap menjadi penyumbang inflasi berulang. Dalam beberapa bulan terakhir, harga cabai terus merangkak naik.
Untuk itu, langkah tanam serempak adalah solusi konkret untuk menambah luas tanam, mendorong produksi, dan mengendalikan harga.
Terlebih, program ini diiringi inovasi Digital Farming yang lahir dari kolaborasi Dinas Pertanian Maluku, Bank Indonesia, dan kelompok tani.
“Saya memberi apresiasi kepada BI yang telah aktif membangun pertanian kita. Semoga kolaborasi ini tidak berhenti di sini, tapi terus berkembang,” tambahnya.
Ia juga mengajak seluruh bupati/ wali kota memperkuat strategi 4K; keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif.
Strategi ini demi menekan inflasi pangan.
Dukungan kepada petani, katanya, adalah wujud nyata komitmen pemerintah terhadap Asta Cita Presiden Prabowo dan Sapta Cita Pemerintah Provinsi Maluku.
POLA PIKIR
Kepala Perwakilan BI Maluku, Muhamad Latief, menegaskan bahwa program ini bukan sekadar penanaman cabai, tapi perubahan pola pikir.
“Cabai merah sudah lima kali menjadi penyumbang inflasi, cabai rawit tiga kali. Ini bukti kita rentan karena belum swasembada. Gerakan ini mengajak masyarakat beralih dari konsumen menjadi produsen,” ujarnya.
Tiga tahun terakhir, BI membina enam kelompok tani dengan teknologi Digital Farming.
Hasilnya nyata, produktivitas meningkat, dan petani makin percaya diri mengelola lahan dengan data dan pemantauan berbasis teknologi.
TELEKONFERENS
Sedagkan Kadis Pertanian Ilham Tauda, dalam laporannya mengutarakan bahwa GNPIP adalah bentuk kolaborasi lintas sektor.
Kegiatan ini melibatkan 1.350 peserta dari 11 kabupaten/kota, mulai dari OPD, penyuluh, kelompok tani, hingga masyarakat umum.
Selain 100 ribu anakan cabai, pada acara ini berlangsung penyerahan 1 unit perangkat Digital Farming bantuan BI untuk petani binaan Dinas Pertanian Maluku.
22 ribu anakan cabai dan sarana produksi untuk petani. 5.500 anakan cabai untuk program Gerakan Sekolah Menanam di 11 SMA di Ambon dan Maluku Tengah.
5.000 anakan cabai untuk kelompok binaan TP-PKK Provinsi Maluku. Serta 38.000 anakan cabai untuk petani dan masyarakat umum sebagai tindak lanjut gerakan ini.
Pada acara ini berlangsung telekonferensi bersama seluruh pemerintah kabupaten/ kota. Asisten II Kasrul Selang memimpin acara.
Baca Juga:
Harga Cabai di Pasar Binaya Menggila Tembus Tp.100 ribu per Kilogram: https://sentralpolitik.com/harga-cabai-di-pasar-binaya-menggila-tembus-rp100-ribu-per-kilogram/
Gubernur, Ketua TP-PKK Maluku dan Kepala BI juga meninjau Smart Farming kelompok tani Telaga Beni serta kebun percontohan jagung milik TP-PKK Maluku. (*)