Investasi

Mengais Rejeki di Pasir Garnet Genjot Ekonomi Warga

×

Mengais Rejeki di Pasir Garnet Genjot Ekonomi Warga

Sebarkan artikel ini
Pasir Garnet
Pasir Garnet ikut memutar ekonomi masyarakat Desa Haya, Kabupaten Maluku Tengah. F:F4S-

Hamparan pantai Desa Haya, Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah diberkahi endepan Pasir Garnet.

– Laporan: Ancha Sapsuha;  SentralPolitik dari Masohi –

Advertisement
Iklan
Scroll kebawah untuk baca berita

SABAN hari, beberapa lokasi pantai ramai oleh warga berjejal mengais rejeki dengan memungut sedimentasi Pasir Garnet.

Pasir Garnet ternyata turut memutar ekonomi rakyat kecil di Negeri Haya, Pulau Seram.

Pasir ini tidak banyak ditemukan di Indonesia, hanya beberapa daerah yang memiliki pasir ini.

Mineral ini terbentuk karena pada suhu dan tekanan yang tinggi ratusan bahkan ribuan tahun silam.

Ia kemudian muncul berwarna merah karena terbawa air sungai atau air laut dan mengendap di bibir pantai.

Pasir Garnet dimanfaatkan untuk teknologi Perkapalan, terutama membersihkan lambung kapal dari biota laut yang menempel. Sandblasting atau Pemburapasiran namanya.

Membersihkan lambung kapal dengan pasir jenis ini dengan menyemprotkannya dengan tekanan tinggi, sehingga bisa melepas karam atau biota yang menempel.

Garnet lebih unggul ketimbang pasir biasa, karena pasir Garnet jauh lebih keras. Bahkan bisa menggunakannya beberapa kali setelah penyemprotan ke body kapal.

PUTAR RODA EKONOMI

Gamar Wailissa (50), salah satu warga mengaku sejak kehadiran PT Waragonda Mineral Pratama, dia langsung turun mengeruk pasir di area miliknya.

“Sudah cukup lama saya dan keluarga melakoni aktivitas memungut pasir garnet, ” aku Gamar.

Perempuan separuh baya ini mengaku bisa memperoleh Rp400-600 ribu per hari dari hasil memungut pasir garnet atau pasir merah.

Hasil jerih payahnya itu digunakan untuk kebutuhan keluarga, biaya sekolah anak-anak dan kebutuhan lainnya.

“Alhamdulillah, saya bersyukur potensi sumber daya alam ini bisa membantu kami untuk kebutuhan sehari-hari, kebutuhan anak sekolah, ” ujarnya.

MENJANJIKAN

Ia tak sendiri, puluhan ibu-ibu rumah tangga di desa setempat  melakukan aktivitas serupa.

Adalah Darwiyah Key (52) mengatakan hasil pasir gernet sangat menjanjikan.

Ia berharap perusahan agar kembali beraktivitas, karena penghasilan itu sangat membantu ekonomi keluarganya.

Berkah juga dirasakan oleh para sopir mobil pick up yang sehari-hari melakukan pemuatan pasir milik warga.

Rahmat, seorang sopir mengaku bisa meraup rata-rata Rp3 juta per hari. “Bisa sampai diatas Rp5 juta tergantung banyaknya material, ” aku Rahmat terpisah.

Diakuinya, sebelum adanya aktivitas pasir garnet, pendapatan sopir tidak lebih dari Rp300 ribu. Namun semenjak pembelian pasir ini pendapatan kami meningkat.

“Sebelumnya upah kondektur hanya Rp20 ribu, tetapi sekarang Rp 250 ribu, ” bebernya.

Walau begitu, ada sebagian warga menolak dengan alasan kerusakan lingkungan. 

MAKLUMI

Dosen Unpatti, Prof Yustinus Male mengatakan kekuatiran itu bisa dimaklumi sebagai ketidakpahaman masyarakat.

“Kalau sudah paham, tentu memberi dampak ekonomi bagi warga, ” ujarnya.

Menurut Ketua Analisa Dampak Lingungan (AMDAL) ini, isu tambang garnet membawa kekeruan air laut, mengganggu biota perairan atau menurunkan kualitas air, tidak benar.

“Ingat, pengambilan ini tidak bersentuhan dengan laut, sebab warga mengambil saat air surut dan saat air pasang, besoknya tidak ada lagi, ” jelasnya.

Guru Besar Fakultas MIPA Unpatti ini menjelaskan pengambilan pasir merah atau garnet tidak mengganggu bentang alam,  karena tidak menggunakan alat berat.

Baca Juga:

Garnet di Seram Satu-satunya di Indonesia; Prof Male: Ini Karunia Tuhan; https://sentralpolitik.com/garnet-di-seram-satu-satunya-di-indonesia-prof-male-ini-karunia-tuhan/

“Tetapi pakai sekop biasa, disamping itu tidak ganggu biota. Jadi kalau ada pura-pura tidak mengerti dan berbicara abrasi tidak benar, karena kita sudah pernah jelaskan itu,” tutupnya. (*)

Baca berita menarik lainnya dari SentralPolitik.com di Channel Telegram

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *