SAMPAH hari ini menjadi masalah utama Kota Ambon. Sebetulnya bukan saja masalah kota ini, sedari doeloe, sampah menjadi musuh semua kota di Indonesia.
Sampah sebetulnya bukan lagi masalah Indonesia, terutama sampah plastik. Sebab persoalan lingkungan bukan saja lingkup lokal, tapi punya cakupan global.
Pantas saja, ribuan tahun lalu Nabi Muhammad SAW sudah berpesan soal ini. Meski tidak secara eksplisit soal sampah, Nabi Besar sudah mengingatkan; Kebersihan adalah bagian dari Iman!
DECKY WATTIMENA
Adalah Kol (Pun) Decky Wattimena alias Walikota Ambon di era 1986-1991. Ia sangat tegas menyangkut sampah. Dan, kota Ambon yang awalnya ‘badaki’ akhirnya takluk di tangan pak Decky.
Sampah malah membawa Decky pada posisi prestisius. Dari Jakarta, ia memboyong Adipura ke Kota Ambon. Penghargaan bagi kota terbersih se-Nusantara.
Decky itu sosok walikota yang tegas. Jangan ada sampah tergeletak sembarangan, di pertokoan sampai PKL. Perwira TNI ini akan murka seketika.
Sampah bisa berubah menjadi sumpah-serapah! Hasilnya Ambon meraup Adipura tadi.
‘’Dulu Kota Ambon, waktu kita masih kecil, di masa kepemimpinan pak Decky Wattimena kita tidak bisa buang sampah sembarangan,’’ kenang Agus Ririmasse.
Ririmasse komentar begitu saat ia masih menjabat Sekot Ambon.
‘’Sekarang ini sampah semakin menjadi-jadi. Kita bersihkan hari ini, besoknya sampah meluber sampai ke badan jalan,’’ katanya dilansir berbagai media.
URBANISASI
Doeloe lain, sekarang tentu berbeda. Sekarang kita juga diperhadapkan dengan lebih banyak masalah.
Doeloe tentu penduduk kota Ambon tidak sebanyak sekarang.
Urbanisasi penduduk sejalan dengan lonjakan sampah. Kalau doeloe sampah tiba di TPA, masalah selesai! Tapi, sekarang sampah juga tidak bisa dibuang sembarangan di TPA.
Harus ada prosedur, seperti sanitary landfill dan lainnya. Open dumping sudah tarpake. Ramah lingkungan jadi salah satu ukuran.
Kalau doeloe ada Adipura, sekarang kepala daerah atau instansi terkait bisa kena pinalti. Sampai-sampai bisa di pidana oleh karena sampah.
Apalagi ada regulasi soal ini. Undang-undang terbaru, per tahun 2009. Sebelumnya ada di 1997 yang mengatur tentang pencemaran lingkungan.
Lalu, coba liat ada MoU antara Menteri LH dengan Kapolri per 28 Mei 2025 kemarin.
Jadi sampah ini sudah masalah, malah bisa timbul masalah baru. Dan ini tidak bisa disebut remeh-temeh…
Pantas, gara-gara sampah Presiden RI, Prabowo Subianto malah turun tangan. Dia menggelar Rapat Terbatas (Ratas) per Selasa, 10 Juni 2025 kemarin.
Probowo mengumpulkan Menteri terkait. Hasilnya? ”Presiden sudah menargetkan di dalam RPJMN, sebelum 2029 mestinya sampah selesai,’’ terang Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq. Media nasional rame-rame melansir.
Sampai disini kita tentu paham; bagaimana penanganan sampah di jaman Decky Wattimena, mantan ajudan Soeharto itu…
Dan, bagaimana pula penanganan benda yang dibuang karena tidak dipakai lagi itu di era Bodewin Wattimena, mantan ajudan Wagub Maluku ini.
Beda memang, tapi ini yang sama; sama-sama menjaga kebersihan. Dan ini, ramah lingkungan!
BODEWIN WATTIMENA
Bodewin Wattimena itu Walikota Ambon ke-16. Sementara Decky Wattimena Walikota ke-11 setelah Indonesia Merdeka.
Ada 4 orang Walikota diantara Decky dan Bodewin. Decky itu seorang militer, sedangkan Bodewin seorang pamong, lulusan IPDN Jatinangor.
Era Bodewin (saat menjabat Walikota) sebetulnya sudah ada langkah-langkah penangan sampah secara modern.
Tercatat Belanda pernah melakukan MoU terkait penanganan sampah secara terpadu. Bahkan sudah ada mobil dari negara kincir angin yang beroperasi di Ambon.
Jauh sebelum itu, sudah ada kerjasama dengan Belanda, sudah ada sedari era Jopie Papilaja dan Richard Laouhenapessy.
Bahkan tahun 2015, Richard sudah menjajaki kerjasama dengan Negara Jepang. Itu setelah ia berkaca dari Surabaya di era Walikota Risma yang berhasil menangani sampah.
Diatas itu, di era Johanis Sudiona, Ambon bisa meraih Adipura, begitupun Chris Tanasale.
Tapi sumpah, sampah saat ini belum tertangani maksimal. Malah sampah di Mardika ada ‘‘baku lempar tanggung jawab’’ antara Pemerintah Propinsi dan Kota Ambon.
Ya iyalah, mana mungkin Pasar Modern Mardika dikelola propinsi, tapi sampahnya dilego ke Kota Ambon. Mana pula propinsi tidak punya armada sampah…
Oiya, katanya Pemkot bakal kebagian armada 10 buah mobil sampah, tapi kapan realisasi?
Noh, katanya Pemprov bakal mendapat bantuan sebuah kapal pengeruk sampah dari Perancis. Katanya sih akan tiba bulan Juni 2025 ini. Kadis LH Propinsi, Roy Siauta bilang begitu.
Sampah memang harus dikeroyok. Kodam, Polda, OKP sampai LSM memang peduli sampah.
Coba liat bagaimana TNI-Polri menggandeng masyarakat mengeruk sampah di laut. Tapi sampai hari ini tak kunjung ‘padam.’
Malah, banjir di Kota Ambon akhir-akhir ini ya antara lain oleh karena sampah yang meluber sampai ke selokan, jembatan dan menyumbat aliran air.
RETRIBUSI, PULUSI & SOLUSI
Itu pada ‘hulu’, bagaimana dengan ‘hilir’? Ada sejumlah pekerjaan pada hilir sampah alias pengelolaan limbah sampah sebelum masuk TPA, Tempat Pembuangan Akhir.
Oiya, Kementrian Lingkungan Hidup/ Badan Pengendalian Lingkungan Hidup juga makin garang memerangi sampah.
Anda bisa mengecek di mesin Google sudah sekian banyak TPA yang kena pidana oleh karena sampah, penutupan TPA sampai warning Kementrian LH ke bupati/ walikota se Indonesia.
Di Maluku, 11 kabupaten/ kota juga mendapat warning yang sama. Malah tim dari Kementrian sudah turun ke kabupaten/ kota soal masalah ini.
(Baca Juga: Kementrian Turun Tangan, TPA 11 Kabupaten Kota di Maluku Terancam Ditutup; https://sentralpolitik.com/kementerian-turun-tangan-tpa-11-kabupaten-kota-di-maluku-terancam-ditutup-paksa/)
Adalah Kabupaten Kepulauan Tanimbar sudah bergerak. Lebih Cepat merespons.
Selain pembinaan, tim Kementrian juga bisa merekomendasi penghentian operasi TPA. SentralPolitik juga melansir itu.
Ini yang sulit, pembuangan sampah bukan lagi sistim open dumping alias pembuangan terbuka. Itu berarti perlu tahapan, daur ulang dan lain-lain cara sesuai UU.
Masalahnya disini. Kalau TPA kita sudah tidak bisa digunakan, maka harus ada lokasi baru. Masalah baru lagi; lokasinya dimana, bagaimana biayanya.
Sumpah lagi. Ini masalah kita, terutama pemerintah kota.
Pemerintah harus bekerja keras, dan sudah sepantasnya kita mendukung setidaknya dengan cara menjaga kebersihan. Bila perlu ikut berperang melawannya.
Bila memungkinkan, naikan retribusi sampai dua kali lipat dan kita lihat apakah pemerintah kota bisa menangani masalah ini!
Retribusi..??? Iya, setidaknya kita bagian dari solusi, ketimbang polusi… tidak perlu ada sumpah disini. Karena kita perlu sehat dan Ambon harus jadi Kota Sehat!
Baca Juga:
Ubur-ubur Ikan Lele, Ini Gunung Botak Le; https://sentralpolitik.com/ubur-ubur-ikan-lele-ini-gunung-botak-le/
Dan ini, jangan biarkan Bodewin bekerja sendirian… Karena sesungguhnya sedari doeloe Ambon ini punya budaya Adipura… Salam.. # SentralSepekan, Jumpa pekan depan..….(*)