SAUMLAKI (SentralPolitik.com) – Selama bulan Maret 2023, Kepulauan Tanimbar mengalami 47 kali gempa bumi. Dari jumlah itu, hanya 4 persen yang benar-benar dirasakan. 47 kali gempa itu tidak dihitung sejak Tanimbar diterpa Gempa tektonik M 7,5 pada 10 Januari 2023. Gempa lalu memunculkan dua pulau baru disana.
‘’Aktivitas gempa bumi di wilayah Kepulauan Tanimbar dan sekitarnya dalam periode bulan Maret 2023 yang tercatat sebanyak 47 kali gempa,’’ terang Kepala Stasiun Geofisika Saumlaki, George F. A. Maubuay yang ditemui SentralPolitik.com di Saumlaki, Rabu (5/4). Maubuay turut mendampingi Kepala BPBD Kepulauan Tanimbar, Bruno Laiyan.
Dia merinci, jika berdasarkan ukuran kekuatan gempa atau magnitudo (M), tercatat 0 gempa bumi magnitudo kecil (M ≤ 3,0), 44 kali gempa magnitudo sedang (3,0 < M ≤ 5,0), dan 3 kali gempa magnitudo besar (M > 5,0).
Sedangkan jika berdasarkan kedalaman pusat gempa, terdapat 7 kali gempa pada kedalaman dangkal (D < 60Km), 39 kali gempa kedalaman menengah (60 < D ≤ 300Km), dan 1 gempa kedalaman dalam (D > 300Km).
“Dari 47 kali gempa yang tercatat di Maret kemarin itu, terdapat 2 kali gempa bumi yang dirasakan III MMI di Dawelor, Kabupaten MBD. Jadi jika sesuai presentasinya, ada 94 persen berdasarkan gempa kedalaman dibawah 300 km dan 6 persen diatas kedalaman 300 km,’’ tandasnya.
Dirinci berdasar magnitude, ada 83 persen yang berkekuatan dibawah 3,0 sampai 5,0 Magnitudo dan 15 persen berkekuatan diatas 5,0 Magnitudo. Sedangkan berdasarkan kejadian yang dirasakan, terdapat 4 persen yang dapat dirasakan dan 94 persen gempa yang tidak dirasakan secara langsung.
Karena itu mengapa dia gencar melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah. ‘’Kami selalu bersama pihak BPBD. Diluar sekolah, kami bersama BPBD pernah melakukan Sekolah Lapang Gempa Bumi di tahun 2019,’’ terang dia.
Baca juga:
https://sentralpolitik.com/indey-apresiasi-inovasi-pdam-kkt/
https://fordata.id/article_read/bmkg-goes-to-school-sosialisasi-tanggap-bencana1680527945
Pada sosialisasi itu pihaknya bersama BPBD KKT mengundang pemateri dari pusat (Jakarta) yang diikuti beberapa stakeholder seperti TNI-Polri, media, masyarakat umum, para pelajar dan guru.
‘’Ini sebetulnya untuk memperkuat kapasitas perangkat-perangkat daerah dalam hal kebencanaan bagi sistem peringatan dini dalam menghadapi gempa hingga tsunami di Kepulauan Tanimbar dan sekitarnya,” tukas Maubuay. (*)