SEKETIKA perhatian publik Indonesia menengok ke “Teuku Umar”, pancaragam komentar, persuasi hingga opini publik mengisi kebingungan bangsa yang sebelumnya masih menaruh perhatian serius terhadap dinamika global dan situasi nasional hari-hari ini.
Indonesia cukup dilematis karena secara paksa harus berhadapan dengan kondisi geo-ekonomi dan teka-teki politik Trump. Belum lagi arus dinamika nasional yang sedikit menguras energi Presiden Prabowo Subianto beserta Kabinet Merah Putih untuk memastikan Asta Cita.
Dalam potret demokrasi politik Indonesia, tidak ada kalah atau menang, selalu muncul bintang baru, para maestro lama pun membentuk formasi baru, itu sudah merupakan langkah bidak catur yang bergerak dengan rencana dan strategi yang matang
Di sisi lain ada fenomena unik, sekurang-kurangnya telah diperlihatkan oleh duo tokoh sentral Indonesia, sebut saja Megawati Soekarno Putri yang kita kenal sebagai Presiden V dan Prabowo Subianto yang merupakan Presiden VIII Indonesia, mereka kembali bersua di atas pangkuan Ibu Pertiwi.
Pada momentum kebangsaan ini, berdengunglah nama Sufmi Dasco Ahmad, sosok yang boleh dikatakan sebagai juru kunci atas pertemuan Prabowo dan Megawati. Peran Dasco hari ini menunjukkan kecintaannya terhadap Indonesia, menjadi fasilitator untuk konsolidasi kepentingan bangsa dan negara.
SIAPA DASCO BAGI PRABOWO
Selain dikenal sebagai orang dekat Prabowo, sebelumnya Dasco merupakan akademisi Universitas Pakuan yang aktif mengajar program studi Ilmu Hukum. Kini telah dikukuhkan sebagai Guru Besar Ilmu Hukum Universitas Pakuan.
Setelah terjun ke dunia politik bersama Partai Gerindra, menjabat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerindra pada tahun 2008, Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan DPP Partai Gerindra pada tahun 2008-2014, hingga mengambil peran strategis sebagai Ketua Harian Partai Gerindra _juncto_ Wakil Ketua DPR RI Periode 2024-2029, Dasco adalah bayangan bagi Prabowo. Memiliki relasi struktural, merupakan pejabat partai, pejabat eksekutif dan pejabat legislatif.
Ibarat kepingan logam yang tidak bisa dipisahkan untuk segala urusan bernegara. Sebagai seorang presiden, Prabowo tentu membutuhkan peran Dasco sebagai orang yang dipercaya untuk mengontrol segala kebijakan partai dan kebijakan presidensialnya.
MEMORI POLITIK dan PATRIOTISME
Seperti memori politik Vaclav Have Presiden Republik Cheko terhadap masa lalu bangsanya, Vaclav membedakan sikap pribadinya dari sikap politisnya sebagai seorang presiden. Sebagai individu yang menderita disiksa dan diperlakukan secara kejam oleh sebuah rezim militer, Vaclav rela memaafkan dan membebaskan para pelaku kejahatan tersebut dari hukuman pidana. (Journal of Democracy, Januar 1993). Ini wujud patriotisme Presiden Republik Cheko saat itu.
Dalam konteks politik Indonesia, “Memori Mega-Prabowo” adalah jawaban atas kerinduan bangsa, devosi masa silam yang rohnya harus tetap dipertahankan untuk kemajuan bernegara.
Baca Juga:
Mahkamah Konstitusi dana Tabir Hukum Indonesia; https://sentralpolitik.com/mahkamah-konstitusi-dan-tabir-hukum-indonesia/
Sejak 2009 Mega-Prabowo mengalami kekalahan yang pahit, kemudian harus berlawanan di tahun 2014, 2019 hingga tahun 2024. Perjalanan politik yang dinamis dan penuh hiruk-pikuk. Prabowo dan Megawati sama-sama menahkodai partai besar, berbeda sikap politik hari-hari kemarin tapi hari ini ada semangat patriotisme dan nasionalisme yang ditunjukkan, ada _Chemistry_, ada memori, dan akan ada waktunya. (*)