Tolak Tambang Pasir Garnet di Sepa, Ini Penjelaskan Prof Yusthinus Male

AMBON, SentralPolitik.com _ Rencana eksploitasi pasir Garnet di Desa Sepa, Kabupaten Maluku Tengah yang mendapat penolakan dari elemen pemuda di daerah itu, ditanggapi Tim AMDAL Universitas Pattimura, Prof. Yustinus Male.

Male menyebut, kekuatiran masyarakat terhadap lingkungan hidup bisa dimaklumi sebagai ketidak pahaman semata. Dan bila sudah paham tentu sebetulnya memberikan manfaat yang besar bagi warga setempat.

’’Jadi soal isu bahwa tambang pasir Granet akan meningkatkan kekeruhan air laut, mengganggu biota perairan, atau menurunkan kualitas perairan itu, tidak benar,’’ kata Male kepada media ini, Selasa (28/11) di Ambon.

‘’Ingat, pengambilan pasir ini tidak bersentuhan dengan air, sebab warga mengambil saat air surut. Dan saat air pasang, besoknya ada lagi,’’ katanya.

ASAL MUASAL GARNET

Guru Besar di Fakultas MIPA Unpatti ini menyebut, pasir Garnet atau istilah lokalnya pasir merah ini, umumnya lebih berat lima sampai delapan kali lebih berat dari pasir biasa.

30  persen mengandung unsur besi, karena itu garnet berwarna merah dan lebih berat dari pasir biasa dan bersifat magnet.

Pasir ini ada di laut, karena terbawa banjir dari gunung, karena deposit-nya ada di gunung. Dan saat ada gelombang besar, pasir ini muncul di tepian pantai.

Nah, saat peristiwa lampau, pasir ini terbentuk. Sementara banyak sungai-sungai purba yang sekarang sudah menjadi kampung.

‘’Karena itu banyak kampung di pesisir Seram seperti Sepa-Tamilouw, Haya, Tehoru dan Kilmuri memiliki banyak deposit bahan ini,’’ katanya.

BENTANG ALAM

Selain itu, kata Male, pengambilan pasir merah ini tidak mengganggu bentang alam, karena tidak menggunakan alat berat untuk penggalian, tapi menggunakan sekop biasa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 komentar