Tenang! Selamat datang masa tenang. KPU mengisyarakat masa tenang adalah rentang waktu yang tidak dapat digunakan untuk melakukan aktifitas kampanye pemilihan.
Tenang! Masa tenang itu tiga hari sebelum pemilihan. Minggu 24 sampai 26 November 2024. Wellcome Masa Tenang…
—
Biar namanya masa tenang, tapi tentu tidak tenang bagi para kandidat gubernur, bupati/ walikota dan wakil-wakilnya. Doa dan mungkin juga ‘Dukun’ ikut bekerja pada masa-masa ini. hmm,,,,
Oiya, salah satu metode yang dipakai kandidat jelang masa tenang adalah rilis hasil survey.
Rilis hasil survey biasanya menjadi salah satu metode kampanye paling ampuh untuk pekerjaan politik. Salah satu metode paling mempuni & andal mempengaruhi pemilih…
Dengan survey, kandidat dan timnya tentu akan menjadikan hasil survey sebagai peluru terakhir untuk mempengaruhi lawan, di masa tenang sekalipun.
Oiya, peluncuran hasil survei sebelum masa tenang sebetulnya hal yang ‘tidak diperbolehkan’. Sebab dapat dianggap sebagai pelanggaran etika dan mungkin juga hukum.
PERANG HASIL SURVEY
Namun, apa lacur, hasil survey tetap saja dirilis. Perang Survey namanya.
Coba lihat! Pasangan Hendrik Lewerissa-Abdullah Vanat meluncurkan hasil surveynya per Kamis (21/11/2024). Tiga hari sebelum Masa Tenang.
Konon, hasil survey Pusat Studi Demokrasi dan HAM (PusDeHAM) yang bekerja untuk Kandidat dengan Akronim LAWAMENA ini memenangkan Lewerissa-Abdullah Vanath.
Hasil survey lembaga ini menyebut Kepuasan Kinerja Gubernur (Murad Ismail) 42,8 persen, sedangkan tidak puas 57,3 persen.
Masih pada hasil survey ini, katanya, keinginan masyarakat untuk mengganti Gubernur lewat Pilkada yakni 72,8 persen. Sedangkan yang tak ingin ganti gubernur pada angka 27,3 persen.
Pada sisi lain, lembaga ini menyebut Elektabilitas Paslon Hendrik Lewerissa-Abdullah Vanath unggul 45,8 persen.
Angka ini tentu di atas Murad-Michael (2M) pada angka 30,1 persen. Sedangkan Paslon JAR-AMK pada angka 20,7 persen.
SCUDA
Bagaimana dengan hasil survey yang dirilis Murad-Wattimena atau 2M? Belum (tidak) ada… Mungkin saja ada tapi sengaja tak dipublikasi… Atau benar-benar tidak ada survey jelang Masa Tenang…
Tapi, sehari setelah Lewerissa-Abdullah Vanath merilis hasil surveynya, JAR-AMH tak ketinggalan merilis survey, Jumat (22/11/2024).
Survey dari Lembaga Independen SCUDA namanya.
SCUDA tentu merilis JAR-AMK yang menang. Mereka menempatkan JAR-AMK pada angka 47,7 persen, MI-MW: 32,2 persen.
Lembaga ini justru menempatkan LAWAMENA pada posisi 22,1 persen. Posisi paling buncit. Kontradiksi kan???!
Nah, dari perang dingin SCUDA vs PusDeHAM tadi, ada selisih 1,9 point dari masing-masing kandidat yang mereka usung.
TAK SESUAI DEMOKRASI
Lepas dari hasil survei untuk Kandidat Walikota Ambon, dan kabupaten/ kota lainnnya, survey yang diluncur sebelum masa tenang itu merupakan stategi para tim pemenangan, yang sebetulnya, secara ideal bertentangan dengan demokrasi.
Mengapa? Sebab, hasil survei tentu dapat mempengaruhi pemilih. Ya itu tadi, survei yang dipublikasikan sebelum masa tenang dapat memengaruhi keputusan pemilih.
Katanya sih, hasil survei yang menunjukkan kandidat tertentu unggul, dapat membuat pemilih merasa bahwa kandidat tersebut sudah pasti menang.
Kondisi ini bisa membuat mereka merasa tidak perlu lagi untuk memilih.
Sebaliknya, hasil survei yang menunjukkan kandidat tertentu tertinggal, dapat membuat pemilih merasa pesimis dan tidak bersemangat untuk memilih.
Hasil survey juga dapat menciptakan Ketidakadilan! Oiya, peluncuran hasil survei sebelum masa tenang dapat menciptakan ketidakadilan bagi semua kandidat.
Sebab, kandidat yang mendapat hasil survei yang baik dapat memanfaatkannya untuk meningkatkan popularitasnya. Sementara kandidat yang mendapat hasil survei yang buruk merasa dirugikan.
Langkah-langkah ini juga bisa menciderai Prinsip Demokrasi. Ah masak sih? Ya iyalah, sebab Masa Tenang merupakan waktu yang diberikan kepada para calon dan pemilih untuk merenungkan pilihan mereka.
Tentu tanpa terpengaruh propaganda atau informasi yang menyesatkan. Ya termasuk survey tadi…
So…peluncuran hasil survei sebelum Masa Tenang dan terus berada dalam roda politik pada Masa Tenang, dapat menciderai prinsip demokrasi dan merusak integritas proses pemilihan.
Meski idealnya begitu, namun perang survey ternyata tetap menjadi Peluru sekalian alat ukur para kandidat dan tim sukses alias Tim Pemenangan.
Lain cerita kalau survey kandidat yang mengacu pada DOA alias Dana Operasional Awal bagi para lembaga survey…
Tapi mau tidak mau, suka tidak suka kita sudah berada dalam masa-masa Perang Survei… Wellcome!
PERSEPI
Lalu bagaimana hasil survey yang mendapat kepercayaan publik? Kita akan menilai setelah hasil perhitungan.
Toh, saat Perhitungan Cepat (Quick Count), beberapa jam seusai pencoblosan, akan menjadi barometer bagi publik, sekalian evaluasi para Lembaga Survey yang sedang berkoar-koar sebelum Masa Tenang tadi.
Coba liat Ketua Perkumpulan Survei Opini Publik Indonesia (PERSEPI), Andrionof Chaniago pernah ingatkan kode etik bagi peneliti maupun lembaga survei.
‘’Dalam sebuah penelitian, peneliti tidak boleh condong ke pendana. Harus tetap obyektif dan terbuka,’’ katanya.
‘’Kode etik juga memberi ruang bagi siapapun yang tidak puas dengan hasil survey untuk mempertanyakannya,’’ sambung dia.
Nah, bagaimana dengan dua lembaga survey yang berhadap-hadapan pada Pilkada 2024 di Maluku?
Baca Juga:
Ini Perjuangan Piterson; Dihempas Fatlolon, Diganjal PDI Perjuangan; https://sentralpolitik.com/ini-perjuangan-piterson-dihempas-fatlolon-diganjal-pdi-perjuangan/
Harap tenang.. tunggu setelah Masa Tenang… Akan terlihat, kalau bukan satu lembaga survey yang bohong, berarti kedua-duanya bohong. Oke….?!
#SentralSepekan