PD Panca Karya, sejak lama bisa dibilang “sakit”; Hidup Enggan Mati Tau Mau.
Tapi di tangan Rusni Ambon, salah satu perusahaan daerah milik Pemerintah Propinsi Maluku ini bisa survive, malah menyumbangkan PAD bagi daerah ini.
Begini cerita mati-hidup perusahaan selama lima tahun terakhir…
Catatan: Denis Oratmangun
SEJAK didapuk memimpin PD Panca Karya pada Mei 2019, kondisi perusahaan plat merah ini carut-marut.
Bangunan kantor carut sebagaimana kondisi keuangan yang marut.
Kantornya sangat sederhana, tambal sulam sejak dibangun sekira tahun 1963.
Bangunan Kantor tidak menampakkan diri sebagai sebuah kantor representatif di tengah Kota Ambon.
Nanti, ditangan Rusdi Ambon SE, MSi inilah perlahan namun pasti, pembenahan terus berlangsung. Bangunan kantor dibuat representatif.
Pak Puti, begitu orang-orang akrab menyapanya, menata kembali bangunan sekaligus keuangan.
‘’Bangunan yang representatif tentu bisa membuat pimpinan dan karyawan nyaman bekerja,’’ kata Puti saat berbincang dengan media ini, Jumat (11/4/2025).
Nada suaranya rendah, tapi tutur kata mantan Kepala Biro di jaman pemerintahan Karel Ralahalu, Said Assagaff dan Murad Ismail ini, tetap mantap.
Langkah pensiunan ASN dengan hoby olahraga Tenis Meja ini masih tegap, seiring semangat membangun daerah Maluku.
‘’Saat pertama masuk kantor, kita hanya memiliki uang kas Rp. 18 juta, dan hutang Rp. 1,6 miliar (periode 2015-2019miliaran rupiah.’’
‘’Kami berupaya membenahi sebagai bagian dari amanat pemerintah daerah dan pengabdian kami bagi daerah ini,’’ ketus pria bertangan dingin ini.
Sebelum melangkah, ia meminta auditor publik (seijin BPK RI) mengaudit keuangan. Setelah itu Rusli tancap gas memasang target-target pencapaian.
SUMBANGKAN PAD
Benar saja, baru 7 bulan memimpin Rusdi Ambon dan karyawannya berhasil mengemas keuntungan sebesar Rp. 500 juta.
Tentu ia langsung menyetor PAD bagi Maluku. Pembagiannya 55 persen untuk PAD, 44 persen untuk operasional perusahaan.
‘’Kita harus terus putar otak, sebab setiap bulan harus melunasi gaji karyawan Rp.1,2 miliar. Jadi memang butuh kerja keras,’’ imbuhnya.
Belum genap setahun bekerja keras, Puti Ambon dan jajaran Direksi kembali diterpa gelombang besar.
Covid-19 menjadi tantangan utama di tahun 2020. Kapal-kapal tidak bisa beroperasi. Sebagian besar karyawan tidak bisa masuk kantor dan bekerja.
Hanya ada dua pilihan saat itu; PHK atau rumahkan karyawan. Sementara Covid-19 punya dua piliha; hidup atau mati bila tidak tertangani saat terjangkiti virus.
Tapi dengan pertimbangan kemanusiaan, sebagai pimpinan dia memilih merumahkan karyawan.
Karyawan yang tidak bekerja mendapat gaji 50 persen, sisanya akan dilunasi setelah kondisi perusahaan membaik.
Di sisi lain saat pemberlakuan PSSB secara nasional, kapal-kapal PD Panca Karya tidak dapat beroperasi.
‘’Jadi di tahun itu otomatis tidak ada keuntungan, justru berdampak kerugian bagi perusahaan,’’ katanya datar.
BANGKIT LAGI
Tahun 2021, Panca Karya kembali bangkit. Malah mampu menyetor PAD Rp. 1,6 miliar. Itu berarti Panca Karya mampu membukukan keuntungan diatas Rp. 3 miliar.
Lewat lintasan mana perusahaan plat Merah ini metaup keuntungan? ’’Lewat pengoperasian KMP Bahtera Nusantara 02 (subsidi) dan Kapal Komersil Hunimua – Waipirit,’’ katanya.
Meski gemilang di tahun 2021, tahun berikutnya 2022 perusahaan kembali mengalami penurunan keuntungan. Hanya kisaran Rp. 1 miliar.
Penyebabnya? KMP Bahtera Nusantara 02 mengalami kerusakan fatal. Terjadi saat mobilisasi pasukan pengamanan dan kendaraan dalam mendukung kunjungan Presiden Jokowi ke Dobo, Kabupaten Kepulauan Aru.
Kapal mengalami kerusakan krusial, karena menabrak pulau karang.
Untuk memperbaikinya pihaknya terpaksa mendatangkan teknisi dari luar Maluku, teknisi profesional dari PT Pioner.
Perbaikan dan perawatannya malah memakan waktu setahun.
Supaya tak terkendala pelaporan pada reparasi kapal, ia mengundang Akuntan Publik mengaudit keuangan sebagaimana PP 54 tahun 2017.
GALI LUBANG TUTUP LUBANG
Tahun 2023 saat keuangan belum sepenuhnya stabil, Panca Karya kembali mendapat kepercayaan pemerintah.
Mengelola 5 unit kapal yang melintasi jalur Perintis (Bersubsidi).
Sayangnya, pengoperasian kapal-kapal ini tidak lagi menggunakan mekanisme pencairan lumpsum seperti tahun sebelumnya, tapi pake Sistem Kontrak Harga Satuan.
Praktisnya perusahaan menerima penggantian biaya operasional sesuai dengan nilai yang dikeluarkan oleh perusahaan (Gali lobang Tutup lobang).
Akhirnya, di akhirnya tahun anggaran 2023, perusahaan tidak mendapat keuntungan, tapi justru kerugian.
Sebab kapal tidak dapat beroperasi maksimal, sementara perusahaan berkewajiban membayar gaji-gaji karyawan dengan nilai miliaran tadi.
Memasuki tahun 2024, lagi-lagi perusahaan belum mampu meraup keuntungan. Untungnya perusahaan mampu menekan tingkat kerugian meski belum signifikan.
‘’Tahun 2024 memang sedikit lebih baik ketimbang tahun 2023,’’ kenang Rusdi Ambon.
Pada tahun 2025 ini pihaknya melakukan perbaikan kapal-kapal melalui doking Tahunan.
Ia berharap di tahun ini perusahaan bisa kembali membukukan keuntungan di akhir tahun 2025 nanti.
Apalagi pihaknya sudah merubah status satu kapal subsidi menjadi kapal komersial.
Baca Juga:
Jantje Kastanya Terancam Dipecat dari PD Panca Karya; https://sentralpolitik.com/jantje-kastanya-terancam-dipecat-dari-pd-panca-karya/
‘’Dengan komposisi 4 kapal subsidi dan 4 komersial, kami optimis akan mendapat keuntungan yang baik sambil terus melayani masyarakat,’’ pungkasnya. (*)