Sosok Kita

Binaya, Maut Memanggil di Jejak Soumori

×

Binaya, Maut Memanggil di Jejak Soumori

Sebarkan artikel ini
Firdaus Ahmad Fauzi, salah satu pendaki yang hilang di Gunung Binaya. F:IST-

Abdul Kadir Soumori merelakan tubuhnya ditelan rimba Seram setelah 26 tahun berlalu menjadi Porter Operation Releigh Binaya tahun 1987.

Catatan Ancha Sapsuha-

Advertisement
Iklan
Scroll kebawah untuk baca berita

Agustus 1987, di Puncak Gunung Binaya, Seram, Maluku Tengah, Paul Claxton ditemukan tewas. Ashley Hyett ditemukan selamat dengan sebagian tubuhnya dimakan belatung.

Paul (Fotografer) dan Ashley (Pendaki asal Inggris) adalah dua peserta ekspedisi Operation Releigh yang diprakarsai Ratu Elizabeth II untuk riset flora dan fauna di sana.

Di langit Maluku 3.027 meter nan megah, Fitra Widianwari, asal Bandung, peneliti senior di Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI) meninggal terserang hipotermia pada 8 Desember 2014 lalu.

Petualangan Amelia Sinarta Po berakhir di Binaya. Pendaki berparas cantik asal Surabaya, Jawa Timur ini meninggal tertimpa dahan pohon saat dalam perjalanan pulang menuju Desa Piliana, 27 Nopember 2017.

Sedang hutan Nasapeha menjahit cerita tentang Firdaus Ahmad Fauji. Jelang batas malam pukul 17.30 WIT, Firdaus dikabarkan terpisah dari rombongan selepas memeluk Binaya.

Di hutan ini, Firdaus tak menapaki jalur yang sebenarnya. Menyasar, lalu hilang dibalik kabut. Sungai Yahe melukis jejak terakhir sepatu dan puntung rokok Firdaus.

Namun, sepuluh hari lalu, Sabtu 26 April 2025, jejak pria asal Cibatok, Kecamatan Cibungbulang, Provinsi Jawa Barat tak jua ditemukan.

Tim SAR gabungan, Balai Taman Nasional Manusela akhirnya menutup sementara pencarian pada Senin (5/4) setelah menyisir berbagai titik jalur pendakian.

“Operasi SAR dihentikan sesuai SOP Basarnas.” terang Kepala Basarnas Ambon, Muhammad Arafah. Diakui keterbatasan jaringan komunikasi dan cuaca menjadi hambatan.

“Tidak menutup kemungkinan pencarian kembali dibuka jika ada informasi keberadaan Firdaus, ” pungkasnya.

JEJAK SOUMORI

Gunung Binaya tersimpan banyak cerita mistik, memiliki sisi spritual, dikenal memiliki karekteristik unik dan mengancam.

Seven summit Indonesia ini bukan gunung biasa. Ada unsur kearifan lokal yang harus dihormati, termasuk perizinan spritual sebelum mendaki.

Binaya, rimba bagi Abdul Kadir Soumori seakan berdiri dalam satu tarikan nafas. Kelak, pergolakan cinta dan tradisi merelakan dirinya ditelan rimba Seram.

Tak salah bila tim ekspedisi operation releigh memilihnya menjadi porter. Namanya sudah tidak asing di kalangan pendaki Binaya di Maluku dan daerah lain.

Kemampuannya mengusai belantara Seram, berburu dan meramu mengantarnya dikontrak PT. Samar Sejati untuk hiking proyek pembangunan jalan di Seram Utara.

Belakangan, jalan itu disebut “Jalan SS atau Gunung SS.” Akronim dari jalur yang berkelok-kelok atau nama perusahan Samar Sejati.

SUKU NOAULU

Abdul Kadir lahir di dusun Rohua, satu komunitas adat suku Noaulu di Negeri Sepa, Kecamatan Amahai.

Sejak lahir dan masih menganut agama suku ia diberi nama Natuhatu bermarga Soumori.

Natu artinya pemimpin, sedangkan Hatu artinya Batu. Natuhatu adalah kebijakan purba yang padanya melekat tradisi, hutan dan gunung.

Identitasnya berubah dari Natuhatu ke Abdul Kadir ketika mempersunting seorang perempuan Alune bernama Maryam Sopalatu.

Meski begitu, ia tidak tercerabut dari akar tradisi sebagai satu-satunya pewaris putra mahkota dari mata rumah atau soa Soumori.

Ia mengorbankan seluruh cinta, batasan budaya dan spritual bersama Maryam hingga dikaruniai tiga anak perempuan dan lima anak laki-laki.

Dalam video Operation Releigh Binaya, Abdul Kadir mengenakan celana pendek, baju coklat dan tanpa sepatu.

Berbeda dengan tim ekspedisi asal Inggris yang dilengkapi sepatu, cairel, dome, hammock, carmantel.

Namun video yang dikirim dari Inggris itu medio 2013 tak sempat ia nonton. “Beta (saya) bilang bapak itu ada video waktu ke Binaya, tapi bapak hanya mengganguk, ” kenang anaknya, Samsul Soumori.

KEPALA SOA

Di penghujung tahun itu jua konflik batinnya memuncak karena tradisi dan cinta. Tradisi sebagai kepala marga atau soa Soumori ingin segera dilepas kepada saudaranya Sawele di hutan Yoko.Namun Sawele menolak.

Dia pun tidak ingin menitiskan Soa ke anak-anaknya. Yang diimpikan Abdul Kadir hanyalah kelak anak-anaknya sekolah, mengaji.

Pergulatan batin itu pada akhirnya Abdul Kadir memutuskan untuk pergi. Tepat Pukul 03.00 WIT dini hari, ia keluar dari rumah tatkala istri dan anak-anaknya sedang terlelap.

Membawa serta Saupa atau tas kecil terbuat dari pelepah sagu berisi hikayat leluhur. “Jam 4 pagi kami bangun, bapak sudah tidak ada, ” kisah Samsul.

Tiga hari berlalu, Abdul Kadir tanpa kabar. “Tidak ada firasat buruk sebab bapak kalau sudah di hutan jarang pulang, ” tuturnya.

Firasat buruk mulai menghantui setelah makanan yang diletakan di kebun tidak disentuh. Tidak seperti biasanya, makanan habis.

“Sekitar tiga hari saya datang ke kebun, makanan masih utuh. Disini saya menduga bapak tidak kembali lagi, ” kenangnya lagi.

Pencarian dilakukan namun nihil. Tiga bulan setelah meninggalkan rumah pukul 03.00 WIT dini hari itu, jenazah Abdul Kadir ditemukan tersisa tulang-belulang di sekitar hutan Olowari.

“Kita kenal lewat baju, kain dan Saupa, ” kata Samsul.

Hasil outopsi, ia dinyatakan mengalami sesak nafas. “Hasil outopsi bapak sesak nafas,” jelasnya.

Padahal semasa hidup ayahnya yang mengajarkan rajin-rajin mendaki biar tidak sesak nafas.

“Tentu kami anak-anak bangga, bapak adalah penakluk Gunung Binaya pertama, ” ucapnya bangga.

Samsul memiliki kembaran Samrin. Pengalaman mendaki ditularkan ayahnya hingga kedua bergabung dalam Komunitas Pecinta Alam Seram (Kompas) Masohi.

Pada akhirnya kematian yang dipilih Abdul Kadir dengan merelakan tubuhnya ditelan rimba Seram adalah jalan sunyi menghapus jejak cinta dan tradisi.

“Sampai sekarang kami tidak tahu alasan mengapa bapak memilih jalan itu,” cerita Samsul setengah sedih.

Namun demikian, Samsul dan empat saudaranya tetap terlibat dan berkontribusi dalam acara adat seperti Pinamou, Pataheri maupun acara adat lain di Suku Noaulu.

Walau berdarah Soumori, tetapi keputusan untuk tidak menjadi putra mahkota Soa Soumori telah ditulis ayahnya, sebelum ia menghempaskan tubuhnya pada dedaunan Olowari.

Baca Juga:

Pendaki Hilang di Gunung Binaya, BTN Manusela Terus Lakukan Pencarian; https://sentralpolitik.com/pendaki-hilang-di-gunung-binaya-btn-manusela-terus-lakukan-pencarian/

Selamat jalan Natuhatu, selamat jalan Abdul Kadir sudah mengenalkan Gunung Binaya kepada dunia. (*)

Baca berita menarik lainnya dari SentralPolitik.com di GOOGLE NEWS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *