AMBON (SentralPolitik)_ DOSEN FISIP Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Dr. Paulus Koritelu, S.Sos.,M.Si menyampaikan satu realitas sosiologis yang sangat memprihatinkan, ironi kondisi Maluku hari ini.
—
Kekayaan yang dinikmati oleh Indonesia selama 77 tahun, termasuk kekayaan yang dimiliki Maluku sangat luar biasa. Namun faktanya, Maluku berada pada urutan keempat provinsi termiskin di Indonesia.
“Negara ini sementara memelihara budaya Malin Kundang, anak durhaka yang membiarkan ibunya miskin,” ujar Koritelu kepada wartawan di Ambon, Selasa (9/5).
Dia mengatakan, kontribusi sektor perikanan Maluku di antara 34 provinsi, Maluku menyumbang 40 persen kuota perikanan nasional. Karena itu sangat ironis ketika Maluku masih berada pada garis kemiskinan.
Dari kekayaan sumber daya laut, darat bahkan juga di bawah bumi terbilang Maluku sangat kaya. Tapi kenyataanya, Maluku miskin di tengah kekayaannya sendiri.
Lanjut koritelu, secara resmi regulasi peraturan perundang-undangan tidak berpihak bagi orang Maluku.
Dia menunjuk Undang-undang nomor 33 tahun 2004, mengatur tentang besaran Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Alokasi Umum (DAU), yang berkontribusi bagi APBD di daerah tingkat satu maupun dua.
Dasar utama penentuan besaran dana yaitu jumlah penduduk dan luas daratan. Hari ini jumlah penduduk Maluku tidak sampai dua juta dan luas daratan 7,6 persen dan sisanya lautan 92,4 persen. ‘’Oleh karena itu dua dasar ini merugikan Maluku secara substansial,’’ ingatnya.
Menurut Koritelu, pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tidak punya good wiil, kemauan politik untuk memberdayakan orang lokal Maluku dalam aspek pangan lokal.
Dia memaparkan dalam tataran yang sangat rasional wajar orang Maluku itu miskin, karena bahkan rakyat Maluku yang memilih pemerintah daerahnya juga tidak berpihak kepada kontruksi kebijakan-kebijakan termasuk peningkatan pangan lokal.
Baca juga:
https://sentralpolitik.com/berusia-66-tahun-ini-21-desa-tertinggal-di-maluku-tengah/
https://sentralpolitik.com/anak-yatim-ini-lulusan-terbaik-fisip-unpatti/
‘’Suara nurani saya tolong pemerintah daerah cari pasar-pasar yang pasti untuk prodak-prodak lokal, sehingga masyarakat lokal Maluku juga bisa hidup,’’ ingat dia. (*)