Ini Pertarungan ‘Harga Diri’ PDIP Vs MI Di Jabatan Penjabat Bupati KKT

Catatan SentralPolitik.com

Dengan kalkulasi ini, tentu PDIP akan menang dan RM tentu akan menjadi penjabat Bupati KKT.

Tapi apakah MI tetap diam? Noh, foto diatas, foto istri Murad Ismail bersama ibu Ganjar Pranowo, ibu Siti Atikoh itu isyarat kuat. Isyaratnya, meski MI tidak lagi di PDIP tapi bukan tidak mungkin dia akan bekerja untuk Ganjar, calon Presiden RI yang sudah dideklarasi PDIP. Isyarat sesungguhnya tentu ada pada hati MI.

Toh, bisa saja itu foto istri sesama Gubernur. Istri Gubernur Maluku dan istri Gubenur Jawa Tengah. Tapi dicatat pula, Ny Siti Atikoh itu orang Jawa Tengah, sama seperti Ny Murad Ismail. Yah, istilahnya ‘selendang tidak bisa buang selendang’ gitu. Tidak memisahkan tapi makin melengkapi, berlilitan.

Satu faktor lagi, faktor ini tak perlu dihitung tapi ditimang saja. Mendagri Tito Karnavian itu adiknya Murad Ismail di Kepolisian. Sama-sama Jenderal Polisi, tapi beda angkatan. Disini ‘sepatu tak mungkin lupa cepatu’ lah… hmmm

Kira-kiranya begitu. Tapi bagaimana dengan SK Penjabat KKT? Toh, RM sudah memegang SK. SK itu tentu SK normatif. Sepanjang belum ada penjabat, ya tentu ada SK Pelaksana Harian wajib ada. Ini wajib karena tidak bisa terjadi kekosongan pemerintahan.

Toh, adagium bernegara menyebut, keberadaan suatu negara atau pemerintahan itu harus ada wilayah, warga dan pemerintah. Satu detik pun pemerintah tidak boleh kosong. Itu berarti SK yang dipegang RM ya itu tadi. SK Normatif alias PLH. PLH sambil menunggu Penjabat datang.

Lalu pelantikannya kapan? Siapa yang ditunjuk? RM ato PR? Inilah yang membuat warga KKT harus bersabar, meski media ramai-ramai memberitakan. Lewat media inilah saling menjagokan terjadi. Terpola sampai ke masyarakat. Napas seakan sesak memikirkan itu. Itu memang lumrah dianalisa, karena bupati itu panutan dan dambaan masyarakat.

Toh, kita menunggu minggu keempat bulan Mei ini semuanya terbuka. Hari Senin (25/5) juga masuk minggu keempat bulan Mei 2023.

Pertarungan, tarik-menarik masih terjadi di Jakarta. Kita tetap bersabar sambil berdoa. Siapapun yang ditunjuk, itu pimpinan kita. Jangan dibawah dihati apalagi sampai mati…

Toh, biarlah para elit berproses. Entah, harga diri siapa yang nanti tergantung. Kita rakyat biasa bersabar dan berdoa saja.

Oiya, satu yang harus diingat, jangan kira KPK diam pada masalah ini. Bukan tidak mungkin ada transaksi pada proses ini. Dan bila ada transaksi, bukan tidak mungkin nasib Anda berakhir di Penjara. Dan akan semakin ramai blantika politika kita. Huh…(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *