Jumpa lagi dengan SentralSepekan, cacatan SentralPolitik.com selama sepekan kemarin.
Sepanjang Minggu kemarin ada rentetan peristiwa yang cukup mencengangkan. Dari sekian itu, Camat Taniwel Timur alias Tantim cukup jadi perhatian.
—
Tantim itu satu dari 11 kecamatan yang tersebar di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) Propinsi Maluku. Di Kecamatan Tantim ada 15 Desa. Total penduduknya sekira 7 ribu-an jiwa. Nah, jarak dari Uwen Pantai, ibukota Tantim ke Piru, ibukota SBB itu sejah 105 kilometer.
Noh, sepanjang ratusan kilometer itu pernah dilalui sang Camat Tantim bersama Bunga, seorang ABG berusia 16 tahun. Berduaan sepanjang jalan dalam radius ratusan kilometer inilah membuat semuanya bisa terjadi.
Sepanjang jalan kenangan ini bisa jadi canda, tawa, keluh, keringat dan kesah mengiringi atau bahkan merintangi mereka. Benar. Setibanya di Gunung Malintang, desah dan napsu birahi datang merintangi. Pada posisi ‘melintang’ itulah peristiwa terjadi.
TIKI TAKA
Ditengah jalan Bunga merasa pusing dan nyaris muntah, tp camat justru menyodorkan rokok. Entah ini trik tiqiu-taca bin tiki taka, mahkota si Bunga pun melayang. Praduga kejadiannya sih sudah cukup lama. Setahun lalu, tepatnya 9 Juli 2022. Saat si Bunga masih bau kencur berusia 16 tahun…
Tp kasus ini pun bergulir ke Polda Maluku. Pada 20 Juli 2023, atau beberapa hari sebelum Bunga berusia 17 tahun. Singkatnya, tiki taka luka lama bakal jadi luka baru…
Eits, tapi kan sudah setahun, kenapa baru dilaporkan sekarang? Berarti masih menyisahkan bekas dong… hmmm.. Katanya sih gegara camat sering mengancam Bunga. Kenapa ada ancaman? Yah, mungkin saja ini masalah ‘pulang atau ulang’, atau bukan tidak mungkin Camat masih terkenang tiki taka setahun silam, lalu mencetus rentetan ancaman…
Apalagi katanya saat ‘Bunga bermekaran’ sempat diabadikan pak Camat lewat ponselnya. Jadi entah itu luka lama dibuka lagi, atau dilatari masalah lain.
Yang pasti polisi harus mampu membuka aib itu, sekalian membuktikan tentunya. Sebab bila tidak, camat pasti melakukan serangan balik, membersihkan namanya sekalian mempertahankan posisinya di pemerintahan…
Itu diluar. Di dalam rumah dia hrs tetap bekerja keras,, mati2an merasionalisasi proposal pengantar masalah kepada ibu camat, sang istri… Prahara..@! Kita tunggu saja lanjutannya…
SEKDA
Itu kisah pak camat. Keatas sedikit ada Sekretaris Daerah. Sekda itu dimana-mana jabatannya jadi sorotan… Bermasalah..! Noh, di Kabupaten MBD Sekdanya sudah ditahan. Begitupun Sekda SBB setahun lalu dikerangkeng. Di SBT tugggu giliran, mash untung di Malra Sekdanya hanya dicopot. Yang terbaru di Buru dan Kabupaten Kepulauan Tanimbar…
Di Kota Namlea, pak Sekda lagi tak tidur nyenyak. Jaksa di Buru sedang memburu pak Sekda. Dana SPPD sedari tahun 2020 sampai 2022 jadi masalah.
Tahun2 itu, era dimana Covid-19 merajalela. Semua takut, lapar, sakit, malah ada yang berpikir tak ada harapan. Ekonomi terpuruk. Noh, satu-satunya peluang untuk taka tiki bagi pejabat ya dana SPPD. Padahal mereka lupa, saat covid merajai, penerbangan nyaris tak ada…
Kalau pun ada semua pada takut terbang bersama sampel Covid, serum dan jarum.. Tapi ya itu tadi… peluang dan kesempatan membuka kejahatan… sebagaimana terus dikampayekan Bang Napi di station televisi… Toh, dari Pulau Buru, Jaksa langsung menyebut Bupati, Wakil Bupati dan Sekda jadi sasaran.
BOLA PANJANG
Kalo dana SPPD di Buru cuma ‘tiki taka’ antar tiga pejabat, di Kepulauan Tanimbar lain pula pola mainnya.. Pake strategi ‘Bola Panjang’… Ada puluhan pejabat pada 21 OPD yang terkait. Cilakanya, Sekda ditahun 2020 juga tersangkut. Malah pada 2 unit kerja pula. Itu belum terhitung para anggota dewan dan Forkopinda yang diduga ikut keciprat…
Oiya, ditahun dimana semua lagi susah-susahnya, para anggota dewan rame2 membangun rumah. Malah ada kediaman 02 oknum si anggota dewan berdiri ditahun itu… hmm
Tragisnya pak sekda justru naik kelas, jadi Penjabat Bupati. Ini akan menarik…Apalagi jaksa sudah mulai jalan sita aset2 milik tersangka yang diproduksi diatas tahun 2020. Nyeri2 sedap… Nyeri tapi tak sesedap kejadian di Gunung Malintang…
Apakah cuma sekda yang terlibat, apakah bupatinya akan lolos? ‘’Pejabat menikmati, bawahan tertindas,’’ begitu bunyi curhat salah satu tersangka. SentralPolitik melansir akhir pekan lalu, usai asetnya ikut disikat pak jaksa.
Toh, kalaupun jaksa berhasil menebus semua pelaku di Tanimbar, tentu melebihi sebuah kesebelasan… Tiki Taka yang asli ada di lapangan, tapi Petugas Lapas tak perlu sampai membuat stadion sepak bola tongg…
Atau pun sampai lacur menggalangi kapal sebesar KM Labobar, sebagaimana nama gunung di Pulau Yamdena. Paling tidak, maksimalkan saja lapangan bola voli yang sudah ada ya boss…
Eitz, bila penumpang Lapas sudah membludak, harus diawasi ketat supaya jangan ada seperti Elisa, pemuda tanggung asal Kampung Ambon di Manokwari. Itu lho.. Elisa Rumbino nekat menceburkan diri di Laut Banda, dari atas deck KM Labobar.
Baca juga:
https://sentralpolitik.com/om-zet-bendahara-dan-bento/
Elisa itu pegawai swasta, tak pernah menikmati tiki taka SPPD uang negara. Tapi entah kenapa dia nekat taka tiki diatas kapal, dan membuang diri ala Harakiri… Para sekda tak perlu mengikuti jalan Elisa, pun jangan ‘Tunggu Kapal Bale’ coy… Amatoo…!
Respon (2)