MASYARAKAT Tanimbar dan Maluku umumnya bangga ketika Presiden Jokowi tampil dengan busana adat Tanimbar saat menyampaikan Pidato Kenegaraan di Senayan Jakarta Rabu (16/8).
Tampilan Jokowi yang sangat memikat ini tidak lepas dari peran Telly Atdjas, seorang Tanimbar yang bertugas di Kantor Perwakilan Maluku di Jakarta, sebagai tenaga honorer. Atdjas adalah sosok yang ditunjuk mengenakan busana itu kepada J0kowi.
= Laporan: Yanto Samangun =
Awalnya Kepala Perwakilan Provinsi Maluku (BPPM) Saiful Indra Patta, menghubungi Telly kalau dirinya nanti akan dihubungi salah satu Staf Kepresidenan. Ini terkait akan digunakannya busana Adat Tanimbar oleh Presiden dalam agenda kenegaraan.
Tak berselang lama, salah satu Staf Kepresidenan menghubungi Atdjas dan memintanya untuk datang ke Istana Negara tepat pada pukul 07.00 WIT untuk bertemu Presiden.
“Jadi busana itu sudah ada di Istana Negara sejak dua tahun lalu, yang disiapkan oleh pihak Provinsi Maluku dan Kabupaten Kepulauan Tanimbar. Namun busana tersebut belum sempat dikenakan pak presiden hingga saat ini,’’ tutur Telly kepada SentralPolitik.com, Rabu (16/8) siang.
Ketika di Istana Negara, ajudan kemudian memperhadapkan Atdjas dengan pak Jokowi. Di momentum itu, presiden menanyakan dirinya soal asal pakaian itu.
Dia spontan menjawab kalau pakaian dimaksud adalah busana daerah Tanimbar, Provinsi Maluku yang kali lalu pernah dikunjungi Presiden Jokowi.
‘’Beliau tanya ke saya bahwa ini pakaian adat dari daerah mana. Lalu saya jawab bahwa ijin pak, ini pakaian adat dari Tanimbar, Provinsi Maluku yang kemarin baru bapak kunjungi. Lalu beliau jawab oh ia, kemarin saya ke Tanimbar. Setelah itu saya langsung melaksanakan tugas untuk mendandani beliau,’’ katanya berkisah.
BUSANA
Busana Adat Tanimbar yang dikenakan Presiden Jokowi itu terdiri dari Somalay (Burung Cendrawasih) pada bagian kepala, Marumat Masa (Rantai Emas Bulan) yang digantung pada leher hingga dada.
Masing-masing rantai dengan nama khasnya tersendiri, Tavit (Ikat Pinggang), dan Busana Kain Tenun Ikat Tanimbar serta dilengkapi Syal berbahan kain bakan atau ikat tenun.
Khusus untuk ikat pinggang atau Tavit adalah secarik Kain Tenun yang masih asli dibuat sejak zaman dulu. Bahannya terbuat dari kapas dan masih menggunakan pewarna alami dari tumbuh-tumbuhan, maupun kulit serta akar kayu sebagai bahan pewarna kain.
PILIH TAK GUNAKAN CENDRAWASIH ASLI
Saat mengenakan busana adat ternyata Somalay yang disiapkan merupakan replikasi dari Somalay yang asli.
Somalay merupakan salah satu ikon busana adat yang merupakan seekor burung Cendrawasih asli. Dalam prosesnya oleh para tetua Tanimbar jaman dahulu, telah dikeringkan dan sengaja diawetkan.
Burung Cendrawasih (Paradisaeidae Passeriformes) ini, merupakan burung yang sangat indah dan dilindungi. Satwa ini hanya berada di Pulau Papua dan Kepulauan Aru, Maluku, serta berada di Australia bagian Timur.
Pada bagian-bagian tubuh burung yang sudah kering ini diisi dengan bahan kapas sehingga burung tetap terlihat baik bila dikenakan di kepala sebagai aksesoris adat yang disebut Somalay.
‘’Bapak Presiden memutuskan untuk tidak menggunakan Somalay yang asli dan menggantikannya dengan replika saja. Itu karena beliau melihat kalau Somalay merupakan Burung Cendrawasih yang diawetkan,’’ ceritanya.
KENAKAN
Atdjas yang hanyalah seorang tenaga Honorer pada Kantor Perwakilan Maluku di Jakarta ini kemudian melaksanakan tugasnya mengenakan dan mendandani pakaian adat kepada Presiden Jokowi.
Sebagai orang Tanimbar Telly merasa bangga, sebab seusai mengenakan busana adat presiden sempat berdiri di depan cermin, menganjungkan dua jempol sambil bergumam kagum; ‘’Wah saya kelihatan gagah yah?Mantep… Saya suka ini,’’ kata Telly Atdjas menirukan ucapan presiden.
Telly juga mengaku sangat bangga ketika Presiden Jokowi mengenakan busana Adat Tanimbar pada acara kenegaraan yang begitu megah.
Baca juga:
https://sentralpolitik.com/bangga-jokowi-pakai-baju-adat-tanimbar-di-sidang-pleno-mpr-ri-2023/
“Saya pribadi salut akan sikap pak Presiden, sekaligus bangga bahwa di momentum resmi tersebut, beliau masih mengingat Tanimbar,” tutup Adjas. (*)