Khabar24

Keluarga Korban Keracunan Bakal Gugat Tim Paslon Jauwerissa-Ratuanak

×

Keluarga Korban Keracunan Bakal Gugat Tim Paslon Jauwerissa-Ratuanak

Sebarkan artikel ini

Awear Titik Terakhir Pembagian Makanan

ILUSTRASI Keracunan Makanan
ILUSTRASI Keracunan Makanan./F:NET

AMBON, SentralPolitik.com _ Keluarga korban yang diduga mengalami keracunan makanan pemberian Paslon Ricky Jauwerissa-Juliana Ratuanak bakal menggugat Tim Paslon itu.

Langkah ini bakal diambil terhadap Tim Pemenangan yang membagi-bagi makanan sehingga menyebabkan 11 warga terpaksa dilarikan ke Puskesmas.

‘’Kami akan mengajukan gugatan kepada Tim Pemenangan Jauwerissa-Ratuanak. Bila keluarga kami mengalami hal yang tidak kami inginkan, kami akan mengajukan gugatan hukum,’’ tandas salah satu keluarga korban.

Advertisement
Iklan
Scroll kebawah untuk baca berita

Media ini sebelumnya melansir kalau 11 warga Desa Awear Kecamatan Fordata mengalami diare. Mereka muntah-muntah dan BAB.

Sebagian korban sampai saat ini mengalami kondisi yang memprihatinkan.

‘’Bila terjadi hal yang tidak kami inginkan, kami ajukan gugatan pidana maupun perdata,’’ acam keluarga yang meminta nama anonim.

TITIK TERAKHIR

Informasi media ini menyebutkan kalau Awear merupakan titik terakhir Kampanye Paslon Jauwerissa-Ratuanak di Pulau Fordata. Pulau Fordata terdiri dari 6 Desa.

Untuk menjangkau Kecamatan Fordata di Pulau Fordata, harus menyeberang dari Pulau Larat, Ibukota Tanimbar Utara.

Saat melakukan kampanye dialogis, Paslon Jauwerissa-Ratuanak melakukan Kampanye di Desa Adodo seitar pagi hinga siang hari.

Setelah itu mereka melanjutkan Kampanye di Desa Sofyanin sebelum masuk ke Desa Awear.

Sumber media ini lainnya menyebutkan kalau saat ke Fordata, Tim Paslon memboyong makanan dari Larat ke Fordata.

‘’Nah, di Awear itu sudah sore hari, dan kemungkinan makanan yang mereka bawa itu sudah mereka siapkan dari Larat,’’ sebutnya.

‘’Nah, kalau dari Larat, sudah berapa lama makanan ini sengaja mereka tenteng dari Larat, Adodo, Sofyanin sampai ke Awear,’’ kata dia.

Mengacu pada keterangan Kepala Desa Awear yang menyebut bahwa sejauh ini warganya tidak terkena diare atau Muntaber, karena itu mereka menduga Makanan adalah penyebab utama.

Apalagi, kata dia, keluarga korban yang lain mengutip penjelasan dokter juga mengakui kalau penyebabnya dari makanan.

‘’Ingat, dokter tidak langsung memberikan keterangan, tapi keterangan keluarga korban lewat vidio atas percakapan dengan dokter itu juga menjadi bukti,’’ ingatnya.

DAYA TAHAN TUBUH

Menyoal sebagian warga yang ikut menyantap makanan dan tidak ‘keracunan’ ia menyebutkan kalau daya tahan tubuh setiap orang itu berbeda.

‘’Anak kecil dan orang lanjut usia itu rentan terhadap apa yang masuk dalam tubuh. Kalau polisi atau orang yang kuat daya tahan tubuhnya, tidak ada-apa. Tapi bagaimana dengan orang yang daya tahan tubuhnya lemah,’’ kata dia.

Terhadap pembuktian di laboratorium, ia ingatkan apakah sampai saat ini Paslon masih menyimpan makanan itu?

‘’Kami kira dokter atau medis yang independen bisa meneliti pada mereka yang sakit. Atau dokter bisa mengambil kesimpulan pada mayat mereka yang telah mati, lewat otopsi. Tapi kami tidak menghendaki itu,’’ ingatnya.

Ia justru menyebutkan kalau Aparat Kepolisian juga harus mengungkap masalah ini.

‘’Polisi harus ingat bahwa Pilkada itu pesta demokrasi, agenda nasional. Semua pihak dari pusat sampai daerah menyebut Pilkada itu harus aman dan damai. Nah, kasus di Awear ini benar-benar mencoreng pesta rakyat,’’ ingat dia.

Karena itu dia menyebut kalau Polisi harus mengungkap masalah ini.

‘’Anak-anak kita dan keluarga kita sudah menderita dengan perilaku seperti ini. Aparat harus mengusutnya,’’ tekannya lagi.

Sumber ini juga mengingatkan polisi di KKT jangan menjadikan kasus ini sebagai proyek baru untuk menggarap keuntungan. ‘’Paslon ini katanya bisa mengatur-ngatur. Mudah-mudahan polisi di KKT tidak bisa diatur-atur,’’ sebutnya.

JEJAK REKAM

Kasus Awear yang mencuat, memaksa sejumlah pihak memutar Jejak Rekam Dokter Juliana Ratuanak, yang merupakan Calon Wakil Bupati KKT.

Terutama saat pandemi Covid-19, KKT termasuk wilayah yang memberlakukan karantina terpusat bagi warganya.

Dokter Juliana Ratuanak saat mendapat tanggungjawab sebagai Koordinator Bidang Penanganan Satgas C-19, warga karantina mengaku sering mendapat makanan yang tidak layak.

“Hidup sehari-hari di sini menyangkut pelayanan makanan sangat memprihatinkan. Kita ini manusia bukan hewan,’’ Ronny Salamor, warga karantina saat itu.

Kepada Bupati KKT yang meninjau lokasi, warga mengaku mendapat ikan penuh ulat. ‘’Sayurnya basi. Sendok makan saja tidak ada. Sabun juga tidak,” keluhnya.

Bukan cuma nasi dan lauk yang tidak memenuhi standar, tapi juga menu sarapan pagi setiap harinya berupa roti tanpa teh hangat atau teh gula.

Baca Juga:

Makan Nasi Bungkus Paslon Jauwerissa-Ratuanik, 11 Warga Desa Awear Dilarikan ke Puskesmas; https://sentralpolitik.com/makan-nasi-bungkus-paslon-jawerisa-ratuanak-11-warga-awear-dilarikan-ke-puskesmas/

Lantaran itu, kata sumber bupati kemudian ‘menandai’ Ratuanak, sehingga dengan akumulasi masalah, bupati kemudian mencopotnya dari jabatan. (*)

Baca berita menarik lainnya dari SentralPolitik.com di GOOGLE NEWS

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *