HARMONY SUDUT KOTA DAN KEGEMBIRAAN HARI PATTIMURA (Sebuah Refleksi di Hari Pattimura)

*Opini: Thomas Pentury (Pemerhati masalah Sosial Kemasyarakatan)

Sintesis ini tentu tidaklah mudah karena membutuhkan pengetahuan tentang elemen yang akan disintesis dan pemahaman tentang hubungan antara emosi dan keindahan rasionalitas bahkan harus ada pemahaman yang kuat tentang prinsip-prinsip dasar yang terkait dengan elemen yang akan digabungkan.

Sintesis membutuhkan langkah-langkah yang rumit, pengujian dan iterasi berulang, serta pengaturan dan pengawasan yang ketat. Kesabaran dan ketekunan dalam menjalani proses tersebut penting untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Berangkat dari pemahaman ini maka harapannya adalah kita semua bisa ada dalam proses sintesis dimaksud. Kegembiraan pada acara nasional khususnya pada peringatan Hari Pattimura, dapat dilihat dari berbagai perspektif, salah satu yang menarik adalah perspektif Eudaimonia, yang dalam filsafat Yunani kuno merujuk pada kehidupan yang bermakna, dimana individu menghargai nilai-nilai kepahlawanan, solidaritas sosial, dan kebahagiaan spiritual.

Dalam pandangan Aristoteles, Eudaimonia dapat dicapai melalui praktik kebajikan (arete) dan kehidupan yang sesuai dengan nilai-nilai kebajikan. Nilai-nilai itu meliputi Kebajikan Moral (keadilan, keberanian, dan belas kasih) serta Kebajikan Intelektual (kebijaksanaan dan pengetahuan).

Aristoteles berpendapat bahwa praktik kebajikan dan pengembangan karakter merupakan cara yang penting untuk mencapai Eudaimonia. Manusia akan mencapai-nya melalui pemenuhan potensi rasional dan moral mereka, artinya bahwa kegembiraan itu harus mampu digunakan untuk mengembangkan potensi individu dan kelompok dalam pencapaian kehidupan yang berdampak pada masyarakat luas.

Tentu saja akan memungkinkan seseorang untuk tumbuh, belajar, berkontribusi pada masyarakat, dan hidup sesuai dengan nilai-nilai yang dihayatinya.

Dalam konteks musik, “Harmoni Sudut Kota” dapat dipahami sebagai konsep atau gagasan tentang cara musik menciptakan keselarasan, kesatuan, atau keseimbangan di dalam konteks kota atau lingkungan perkotaan.

Tentu saja Ini dapat mengacu pada hubungan harmonis antara elemen musik yang berbeda atau juga dapat mencerminkan bagaimana musik menggambarkan atau menggambarkan suasana, kehidupan, atau dinamika kota.

Dalam kondisi seperti ini, bagaimana elemen musik dapat saling berinteraksi dan saling melengkapi, menciptakan keselarasan atau keseimbangan yang menggambarkan suasana kota atau lingkungan perkotaan.

Penggunaan elemen musik yang tepat dan penataan suara yang cermat dapat menciptakan suasana yang mencerminkan identitas dan karakteristik kota, seperti kehidupan yang sibuk, keanekaragaman budaya, atau keindahan arsitektur kota.

Dalam perspektif ini, musik dapat menjadi ekspresi artistik yang mencerminkan harmoni, ketertiban, atau keseimbangan dalam konteks kota. Namun, penting untuk dicatat bahwa interpretasi “Harmoni Sudut Kota” dalam konteks musik sangat tergantung pada pendekatan, atau konteks spesifik yang digunakan.

Musik dapat memiliki berbagai makna dan interpretasi tergantung pada subjektivitas individu atau konteks budaya yang ada. Gelar “Kota Musik” yang melekat pada Kota Ambon tidak sekedar simbol karena kekayaan musikal dan kegiatan yang terjadi pada kota tersebut, akan tetapi peran serta para musikus dalam kehidupan masyarakat kota.

Kota Ambon memiliki warisan budaya yang kaya dan beragam, termasuk dalam bidang musik, yang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat kota Ambon dan menjadi bagian integral dari identitas budaya.

Musik telah menjadi bagian integral dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Kota Ambon. Berbagai kelompok musik, band, dan komunitas musik ada disini, yang tentu saja berkontribusi menghidupkan suasana musikal dan mempromosikan keanekaragaman musik.

Pemerintah dan lembaga telah memberikan perhatian dan dukungan terhadap perkembangan industri musik, termasuk fasilitas dan infrastruktur yang g mendukung, tetapi tetap saja akan muncul pertanyaan, apakah musik yang dalam perspektif Nietzsche yang cenderung mengaitkan musik dengan konsep Dionysian itu masih kuat menggejala dalam kehidupan masyarakat kota yaitu kegembiraan yang irasionalitas?, dan kebebasan yang melebihi batasan rasionalitas?

Semoga pandangan Nietzsche ini tidak menggejala pada masyarakat kota yang berkecenderungan melibatkan kekuatan emosional yang kuat, ketidak-rasionalan, ekspresi kegembiraan yang liar, dan perasaan yang menghancurkan batasan rasionalitas….Semoga!

Selamat Hari Pattimura 2023.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 komentar