BEIJING, SentralPolitik.com – KBRI di Beijing bersama Center for China and Globalization (CCG) menyelenggarakan Indonesia–China Think Tank Forum perdana di RRT.
Forum ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan 75 Tahun Hubungan Diplomatik Indonesia–China pada tahun 2025, pada Selasa (9/12/2025) di Beijing.
Hadir pada acara dengan tema “Indonesia and China After 75 Years of Bilateral Relations: The Way Forward” ini sekitar 150 orang peserta yang terdiri dari komunitas diplomatik, akademisi, think tank, pebisnis, dan mahasiswa.
Duta Besar RI di Beijing Djauhari Oratmangun menyampaikan apresiasi yang mendalam kepada CCG atas kerja sama erat atas terselenggaranya forum ini.
“Selama 75 tahun, hubungan bilateral Indonesia-Tiongkok telah berkembang menjadi salah satu kemitraan paling penting di kawasan ini,” ujar Dubes Djauhari.
Lebih lanjut, ia menegaskan Indonesia-Tiongkok terus memperkuat hubungan kedua negara, termasuk melalui Comprehensive Strategic Partnership (CSP) yang dibentuk pada 2013.
Serta perluasan kerja sama menjadi lima pilar pada 2024—meliputi politik, ekonomi, maritim, people-to-people, dan keamanan.
Dubes RI juga menyampaikan berbagai capaian sepanjang 2024–2025, seperti kunjungan Presiden Prabowo ke Beijing pada September 2025.
Selanjutnya, kunjungan Ketua CPPCC Wang Huning ke Jakarta pada awal Desember 2025 dan kunjungan Premier Li Qiang ke Indonesia pada Mei.
Serta Pertemuan 2+2 Foreign and Defense Ministerial Dialogue yang bersejarah pada April 2025.
“Rangkaian pertemuan tingkat tinggi ini mencerminkan kedalaman kepercayaan politik yang kuat dari kedua negara dan menunjukkan komitmen bersama untuk membawa hubungan bilateral ke level yang lebih tinggi dan strategis,” ujarnya.
BIDANG EKONOMI
Pada bidang ekonomi, hubungan kedua negara juga menunjukkan dinamika positif.
Volume perdagangan kedua negara mencapai USD 147,79 miliar pada 2024, dan pada periode Januari–Oktober 2025 mencapai USD 134,53 miliar.
Investasi Tiongkok di Indonesia pada 2024 mencapai USD 8,1 miliar, sementara Hong Kong USD 8,2 miliar.
Tahun ini, kedua negara juga memperkuat kerja sama keuangan melalui peningkatan Local Currency Settlement (LCS) menjadi Local Currency Transactions (LCT).
PARIWISATA
Sementara itu, hubungan antar-masyarakat terus berkembang pesat.
Pada 2024, sekitar 1,2 juta wisatawan Tiongkok mengunjungi Indonesia, dan dalam periode Januari–Oktober 2025 tercatat 1.135.556 wisatawan.
Katanya, jika 75 tahun pertama adalah tentang membangun fondasi persahabatan dan kepercayaan, maka 75 tahun kedepan harus menjadi periode di mana Indonesia dan Tiongkok berjalan lebih jauh, lebih stabil, dan lebih selaras.
‘’Seperti pepatah Tiongkok, ‘Xíng wěn zhìyuǎn’; untuk pergi jauh, kita harus melangkah dengan mantap.” tegas Dubes Djauhari mengutip pepatah China.
Dr. Henry Wang Huiyao, Presiden CCG, pada sambutan pembukanya menyampaikan bahwa hubungan Tiongkok-Indonesia merupakan model hubungan bilateral dan pilar penting kerja sama Tiongkok-ASEAN.
Katanya, pertukaran antar think tank dan interaksi antar masyarakat juga merupakan kunci bagi perkembangan hubungan bilateral yang stabil dan berkelanjutan.
CCG akan terus memberikan rekomendasi kebijakan yang konstruktif kepada kedua pemerintah dan semua sektor masyarakat melalui platform dialog Jalur II, dan membantu kerja sama berkembang ke arah \berkualitas dan berkelanjutan.
SERIBU TAHUN
Dr. Hassan Wirajuda, Menlu RI periode 2001-2009 juga tampil di forum ini sebagao pembicara kunci.
Ia menegaskan meski hubungan diplomatik Indonesia-Tiongkok telah 75 tahun, interaksi antar-masyarakat kedua bangsa telah berlangsung sejak lebih dari seribu tahun.
“Sejarawan mencatat hubungan erat antara Kerajaan Maritim Sriwijaya (abad ke-6 hingga ke13) dengan Dinasti Tang dan Song di Tiongkok.’’
‘’Sriwijaya menjadi pusat transit dan perdagangan utama bagi kapal-kapal antara pesisir China, India, Persia, dan dunia Arab,” ujar Dr. Hassan.
Dr. Hassan juga menyampaikan bahwa tugas ke depan yang kiranya menjadi perhatian yaitu meningkatkan kualitas kemitraan, beranjak dari dialog menuju saling pengertian, dari kerja sama menuju kepercayaan, dan dari koeksistensi menuju komunitas.
Forum menghadirkan sejumlah tokoh dan pakar terkemuka dari Indonesia dan Tiongkok serta terbagi dalam dua panel utama.
Pembahasan menyangkut Politik, keamanan, maritim, serta kerja sama regional dan multilateral.
Selanjutnya menyangkut soal Ekonomi, Pendidikan, Budaya, Parawisata dan poeple to people.
Baca Juga:
Diplomasi Jamu! :https://sentralpolitik.com/diplomasi-jamu/
Para pembicara menekankan pentingnya memperkuat kerjasama bilateral dalam menghadapi tantangan global, termasuk ketidakpastian geopolitik, persaingan ekonomi, perubahan iklim serta perkembangan arsitektur regional. (*)






