AMBON, SentralPolitik.com _ Polisi pernah melakukan dua kali mediasi kasus perebutan jenasah PR Sahertian. Hanya saja mediasi gagal. Sampai hari ini kuburan Sahertian tanpa kepastian.
Pada sisi lain, diduga ada dana yang mengalir dari kasus perebutan antar istri dan anak kandung almarhum itu.
—
Mediasi pertama berlangsung pada Minggu (13/10/2024) di Pos Benteng Polsek Nusaniwe. Kapolsek Nusaniwe yang memimpin mediasi.
Mediasi kedua, Selasa (15/10/2024) di Polresta Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease. Kapolresta Pulau Ambon dan PP Lease, Kombes Pol Driyano Andri Ibrahim memimpin pertemuan.
Hanya saja, dua kali mediasi ini tidak menemukan titik temu antara kedua belah pihak.
‘’Karena itu, Kapolresta mempersilahkan para pihak yang tidak puas bisa menempuh jalur hukum untuk menyelesaikan masalah ini,’’ terang Kapolsek Nusaniwe AKP John W Anakotta.
Anakotta membeberkan upaya penyelesaian kasus itu menjawab media ini, Senin (21/10/2024) di kantornya.
“Mediasi sudah seperti itu dan dia (Ipda JS) masih begitu, ya itu urusan dia. Tanggung jawab dia,” tandas Anakotta.
KETERLIBATAN OKNUM POLISI
Sementara, dugaan keterlibatan oknum polisi, Ipda JS makin terang. Ini sesuaipengakuan JB, salah satu pegawai RSUD Haulussy yang bertugas di Instalasi Pemulasaraan Jenazah.
JB membongkar keterlibatan Ipda JS saat AS menghubunginya lewat telepon. AS adalah ponakan almarhum. Media ini mengantongi rekaman percakapan itu.
Saat AS bertanya kepada JB, siapa yang memerintahkan proses penggalian jenazah, JB tanpa ragu mengungkapkan nama seorang polisi.
“Katong (kita) di kamar jenazah tidak ada keterkaitan dengan penggalian kubur. Ada polisi yang perintah. Bapak John. Polisi dengan keluarga. Beta seng tahu pak John siapa, tapi beta kenal orangnya,” ungkap JB dengan dialog lokal.
Untuk memastikan siapa sebenarnya polisi bernama John di Polsek Nusaniwe ini, AS kemudian mengirimkan foto Ipda JS melalui aplikasi Whatsapp kepada JB.
Selanjutnya AS bertanya “Oke (nama panggilan JB), John yang ini kha..?” “Ia bapak Ari,” jawab JB
Dengan tegas JB mengaku siap memberikan kesaksian jika sewaktu-waktu ada pihak yang meminta bersaksi. “Saya siap beri kesaksian sesuai kebenaran,” tegasnya.
NGAKU WAKAPOLSEK
JB menuturkan bahwa Ipda JS, lebih dari satu kali datang pertemuan di RSUD Haulussy.
“Setiap datang pertemuan itu pakai pakaian dinas. Siapa yang gali, sebaiknya tanya pak Wakapolsek saja, karena dia yang arahkan orang untuk menggali,” tandas JB.
Menurut JB, Ipda JS dalam pertemuan dengan pihaknya mengaku sebagai Wakapolsek.
TAK ADA PERINTAH
Terkait peran aktif Ipda JS dalam pembongkaran kubur ini, Kapolsek Nusaniwe AKP John W Anakotta menegaskan tidak pernah memberikan perintah.
“Dari awal sampai hari ini kegiatan dia (Ipda JS) saya selaku Kapolsek tidak pernah memberikan perintah,’’ katanya.
‘’Saya tidak pernah suruh baik lisan maupun dengan surat perintah,” tegas Anakotta saat dikonfirmasi media ini melalui telepon seluler, Senin (21/10/2024) .
Kapolsek Nusaniwe katakan itu tindakan Ipda JS yang diduga ikut aktif berperan dalam kisruh perebutan jenazah ini merupakan tanggung jawabnya sendiri.
Karena selaku Kasatwil Kecamatan Nusaniwe ia mengaku tidak tahu.
Selaku orang nomor satu di Polsek Nusaniwe, Anakotta mengaku telah mengingatkan Ipda JS beberapa kali, bahkan sempat marah di Apel anggota.
‘’Bahwa koordinasi ke tingkat atas ya itu ranah pimpinan, bukan gawe anak buah. Kan begitu hirarkinya,” jelasnya.
Anakotta tegaskan, di institusi kepolisian ada hirarki secara berjenjang. Dan jika ada anggota bekerja diluar prosedur, itu menjadi tanggung jawab yang bersangkutan.
“Ada hirarki, tapi kalau dia kerja di luar prosedur ya itu tanggung jawab dia sendiri atas perbuatannya,” tukas Anakotta.
ALIRAN UANG
Soal dugaan ada aliran uang ke oknum polisi di Polsek Nusaniwe, ia mengaku tidak tahu.
“Jika ada informasi aliran uang, saya tidak tahu menahu. Silahkan tanya kepada yang bersangkutan (Ipda JS). Saya masih punya moral,” tukasnya.
Terhadap permasalahan yang belum mendapat titik temu ini, Anakotta menghimbau kepada semua pihak untuk dapat menjaga situasi kamtibmas yang sudah baik ini.
Apalagi menjelang Pilkada yang akan digelar akhir bulan November.
Ia tidak segan-segan akan memproses hukum siapa saja yang mengganggu situasi kamtibmas di wilayah hukum Polsek Nusaniwe.
“Kalau ada pihak-pihak yang mengganggu Kamtibmas, kita sesuaikan dengan aturan perundang-undangan yang berlaku,” pungkasnya.
BUKAN SEKALI
Sementara itu, sumber media ini mengungkapkan kalau peran aktif Ipda JS di masalah ini bukan sekali saja.
JS juga ada saat penggalian kubur almarhum Piet R Sahertian pertama kali pada Minggu (13/10/2024) pagi.
Elsye Sahertian bersama keluarga almarhum dari Negeri Porto, Kecamatan Saparua sempat memergoki penggalian kubur pertama.
Sempat terjadi perdebatan di kuburan antara para pihak. Elsye dan pihak keluarga melarang tidak melakukan penggalian kubur.
Baca Juga:
Jenazah PR Sahertian Jadi Rebutan Istri Vs Anak, Oknum Polisi Diduga Terlibat; https://sentralpolitik.com/jenazah-pr-sahertian-jadi-rebutan-istri-vs-anak-oknum-polisi-diduga-terlibat/
Namun Ipda JS yang saat itu berpakaian dinas tetap bersikeras agar penggalian tetap berlangsung dan mengangkat jenazah almarhum dari dalam kubur. (*)