Burung Surga …!

Catatan SentralSepekan

Dan Jokowi dgn pakaian kebesaran busana Tanimbar, enggan menggunakan Paradisaeidae. Dia pake replikanya saja. Memang, ini bentuk komitmen Jokowi terhadap satwa yang dilindungi negara. Dan tentu kecintaannya terhadap Tanimbar… hmmm

Oiya, pernah ada cerita yg tidak diberitakan. Dua tahun lalu, Pemda Maluku mengirim Somalay atau Paradisaeidae ke Istana. Tapi Balai Karantina (atau lembaga apa namanya) mencegat! Gubernur Maluku benar2 berang, sebab paket itu untuk Istana… Pejabat daerah dan UPT Pusat di Maluku sempat berpolemik hebat. Sampai2 batas tanah tempat Kantor Balai itu berdiri sempat diobok2 …

Dan pada 16 Agustus 2023 kemarin, polemik itu seakan terjawab. ‘’Bapak Presiden memutuskan tidak menggunakan Somalay asli dr burung Cendrawasih, dan menggantikan dengan replika. Karena burung Cendrawasih itu dilindungi,’’ kata Telly Atdjas, putra Tanimbar yang ditugaskan mendandani Presiden Jokowi. Telly ‘membocorkan’ begitu kepada Yanto Samangun, wartawan SentralPolitik.com.

Sayang, Jokowi begitu membanggakan Tanimbar, tapi rakyat disana termiskin se-Maluku. Koruptor terbanyak juga ada disana. Mereka masih bercokol dengan aman di Bumi Duan Lolat. Aparat penegak hukum juga tak becus bekerja memerangi para koruptor…  penuh trik dan intrik memoles koruptor…

Ah masak? Lihat saja kasus SPPD fiktif di Kejari Saumlaki…sengaja diperlambat. Cuma di Tanimbar; 6 orang tersangka, sudah 6 bulan ini tak ditahan… Padahal masih banyak ASN yang antri. Tunggu giliran untuk dibekuk… Huh Ini bukan burung surga,,.

FORGGOTTEN ISLAND

Tanimbar itu, oleh penulis asal Nedherland, Nico de Jonge dan Toon van Dijk menyebutnya sebagai “The Forggoten Island of Indonesia.” Bukunya terbit sekira tahun 1990-an

Tahun 2001, sesaat sebelum dilantik menjadi Bupati MTB (sekarang KKT), Salomon Joseph Oratmangun menyebut Tanimbar sebagai “Raksasa yang Sedang Tidur”.

Dan ketika terpilih, Drs. S J Oratmangun, Bupati Pertama MTB mencanangkan slogan besar: “Membangun dari Laut ke Darat, dengan memuliakan lautnya dan berdiri teguh di daratan”.

Sepertinya, itu gambaran Indonesia sebagai maritim dunia, dan Maluku ini maritim nusantara. Sepertinya lagi, slogan itu sejalan dengan putusan Jokowi yang lebih memilih Onshore (darat) untuk pengelolaan Block Masela… Hmmm…

Almarhum Opa Orat, sepertinya sudah tau kalau di permukaan laut, ketika armada2 semut orang Tanimbar tengah berlayar, tertidur Gas Abadi Blok Masela yang terbentang luas didasar laut…

Baca juga:

https://sentralpolitik.com/bunga-koh-agus-dan-panggilan-tak-terjawab-david-katayane/

Dan bukan tidak mungkin, bila ‘Raksasa’ itu dibangunkan, akan mampu membiayai Nusantara! Kapan??! Jangan bertanya pada Burung Surga bin Somalay..!! Sekali lagi M E R D E K A….!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 komentar