Selamat pagi…
KEDATANGAN KPK di Saumlaki masih menyisahkan cerita. Tepatnya cerita dibalik berita… Mau tau? Begini!
“Ini SentralPolitik yah? Makasih ya udah membantu kita sosialisasi lewat pemberitaan…. Kenapa nda nanya nomor penerbangan kita hehehe… Makasih ya sudah beri kami ‘selamat jalan’ lewat artikel Da Da Da… “
——
Oiya, setibanya di Ambon dari kunjungan ‘panas’ di Kota Saumlaki, anggota KPK sempat berkomunikasi dengan tim Media SentralPolitik.
Semalam, Tim KPK nginap di Kota Ambon sebelum mengemas koper kembali menembus awan, entah ke Makassar atau Jakarta… Maaf, nomer penerbangannya sengaja tak diminta…
Kita tidak berkomunikasi langsung. Lewat jalur khusus, bisa dibilang ‘jalur Kuning’ gitu, semisal Lampu Lalu Lintas di perempatan jalan.
Lalu kapan KPK akan balik lagi ke Saumlaki…? Tanya itu hanya dijawab dengan rentetan tawa.
Sudahlah, biarlah KPK berkutat dengan data yang dibawa. Dan kita, masyarakat kecil, cukup membantu dengan doa. Semoga semua anggota tim selamat, sehat selalu dan bisa kembali lagi dengan baik…
Bantu dengan doa, bukan dengan mantra. Apalagi mantra jahat untuk menjemput KPK nanti.
ADEM AYEM
Oiya, mesti hari ini Kota Saumlaki sudah tenang dan adem ayem, tapi tidak untuk para koruptor disana.
Para pelaku lagi itung-itungan kira-kira beta kena tangkap atau tidak. Dengan data dan alasan ini kira-kira bisa lolos tidak. Data-data pendukung dikumpul satu-satu dengan teliti.
Mereka lagi menimbang-nimbang kira-kira kuasa hukum, pengacara atau advokat top marko top siapa yang cocok. Itu lho, rentetan kasus disana tentu menjadi ladang rejeki bagi para pengacara.
Para koruptor juga berpikir harta mana yang sudah dikumpul dari ladang olahan ‘tiki taka’ dana negara. Siapa yang ikut keciprat… amankan ‘akang’ bagaimana nih… Uang hasil rampokan kira-kira bisa kena pencucian uang atau tidak… Bagaimana pula keluarga diungsikan.
Kalau ditahan lama di penjara, keluarga makan apa, lewat usaha apa… Apalagi mereka yang kena tangkap atau ditahan, akan ‘dimiskinkan’, atau paling tidak akan miskin sendiri…
Kalau lagi ade di Jakarte, sempat-sempat lah curi waktu, bertandang ke Penjara Suka Miskin… Pantau dari luar aje, ato kalau sempat sekalian cari koneksi orang dalam..
Kira-kira sebelum ditahan bisa mengungsi sementara dimana, pake baju apa yang cocok saat ditahan, baju apa yang serasi bila dibalut dengan Rompi Oranye milik KPK.
Atau jangan-jangan lagi berpikir menggalang massa untuk menghalang komisioner datang. Yah kalau massa berat karena perlu banyak duit, bagaimana pula kalau menyiapkan beberapa provokator, mengadu domba warga atau antar desa supaya ada konflik.
Baca Juga:
https://sentralpolitik.com/da-da-da-tunggu-beta-bale-1/
JALAN KELUAR
Oiya, konflik itu biasanya jadi pilihan terakhir… Bila kondisi daerah tidak kondusif pasti KPK ciut nyalinya… Toh, tidak semua KPK itu dari anggota polisi, banyak dari kalangan jaksa, pengacara, auditor, BPK dan tidak ada yang berasal dari petani apalagi nelayan. Belum ada pula dari satuan tentara. Sedang ditimang-timang tuh pak bos…
Hmmm… kalaupun jalan alternatif diatas susah ditempuh, ini jalan yang paling soft, adem dan ayem. Posting ‘kasiang-kasiang’ di media sosial, apa yang sudah dibuat selama ini. Jasa-jasanya..begini lah begitu lah…
Jalan ini sangat menggugah masyarakat yang tidak tahu. Tapi ketika jam makan pagi, siang dan malam tidak ada makanan di meja, sumpah serapah keluar dari mulut orang miskin. Dan mereka-mereka tadi itu jadi sasaran…
Lalu kira-kira apa jalan keluar yang paling tepat pak bos?! Ini jalannya…! ‘’Ini pintu masuk kita,’’ ingat Ketua Satgas KPK, Dian Patria saat berada di Saumlaki. Paham?! “Tunggu Beta Bale”(*)
Jawaban dari alinea terakhir; YANG ADA HANYA JALAN MASUK.
KPK: “Tunggu Beta Bale”