SAUMLAKI (SentralPolitik) _ Satu unit Mesin Generator Oksigen yang berfungsi memproduksi kebutuhan Oksigen bagi kepentingan pelayanan kesehatan di Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT), Maluku, telah tersedia di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. P. P. Magretti, Saumlaki.
—
Generator yang barusan beroperasi sebulan ini bisa melayani kebutuhan oksigen di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, yang sebelumnya terjadi kelangkaan terutama saat pandemi Covid-19.
Direktur RSUD Magretti, Saumlaki, dr. Fulfully C. H. Nuniary menjelaskan kepada SentralPolitik.com, Jumat (7/7), di ruang kerjanya.
Kata Fulfully, Generator Oksigen yang ada itu telah beroperasi satu bulan belakangan. Pihaknya mendapat mesin ini melalui sistem Kerja Sama Operasional (KSO) dengan PT Multi Gas Medika yang produknya 100 persen buatan dalam negri.
“Alat ini bukan melalui sistem pengadaan barang dan jasa tetapi melalui sistem KSO. Kita kerjasama dengan perusahaan gas nasional dan bukan barang impor,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, melalui terobosan kerja sama dengan pihak perusahan gas nasional itu, kini RSUD Magretti bisa memproduksi Oksigen sebanyak 60 tabung berukuran 6 Kg MPa Bar per hari.
PRAKTIS
Hasil produksi ini dapat menghandle kebutuhan Oksigen bagi kepentingan dunia medis, bahkan hingga kebutuhan oksigen untuk keperluan konstruksi industri se-kabupaten.
Melalui sistem KSO bersama PT Multi Gas Medika itu, segala urusan menjadi lebih mudah dan praktis, serta tidak menelan biaya yang besar, baik perawatan mesin dan biaya lainnya.
Pihak rumah sakit hanya menyediakan tempat, sumber listrik dan tenaga kerja untuk mengawasi mesin, sedangkan perusahan berkewajiban menyiapkan mesin.
Biaya pemasangan maupun tindakan pemasangan hingga siap dipakai, serta perawatan selama masa kontrak.
“Jadi rumah sakit menyediakan tempat, sumber listrik, dan menyiapkan tenaga kerja. Sedangkan pihak perusahaan menyiapkan alat, menyediakan biaya pemasangan alat sampai siap pakai, dan maintenance setiap tahun,” jelasnya.
Dicontohkan, untuk mesin Generator Oksigen lama yang pernah ada melalui sistem pengadaan barang dan jasa, untuk setiap tahun biaya perawatan bisa menelan Rp200 juta setiap 3 bulanan.
Itupun maintenance tidak dilakukan secara rutin. Selain itu, keberadaan mesin yang tergolong lama menyebabkan produksi oksigen juga tidak maksimal, bahkan kurang.
“Beda dengan alat ini yang melalui sistem KSO. Setiap 3 bulan sekali perusahan akan lakukan maintenance. Jika ada insiden 1 kerusakan, perusahan diwajibkan melakukan perbaikan,” tandasnya.
Logikanya, untuk beli alat ini dengan nilai sekitar Rp4 sampai Rp5 Milyar, maintenancenya Rp400 sampai Rp500 juta setiap tahunnya dianggarkan.
Tetapi dengan sistem KSO ini, pihaknya tidak keluarkan biaya apapun hingga mesin ini dioperasikan, dan bahkan setiap bulannya hanya bayar Rp50 juta untuk biaya produksi 60 tahun.
Baca juga:
https://sentralpolitik.com/dihadapan-dewan-direktur-rsud-namlea-ancam-mundur/
“Bagi saya, ini lompatan besar soal penyediaan oksigen dari RS Magretti karena tahun-tahun sebelumnya khusus untuk ketersediaan oksigen sulit, namun saat ini sudah mumpuni,” terangnya. (*)