Tamang Pung Kisah; Dari Kidal Ely Hingga Kidung Romansa Glenn

Ulasan Hesky Samuel Lesnussa

Film itu sukses meraih Penghargaan Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia (FFI) 2014, sedangkan Pemeran Utamanya Chicco Jerikho meraih penghargaan Aktor Terbaik.

MENUNGGU JURUSAN TEATER & PERFILMAN

Memang sekarang ini, belum ada sutradara kaliber nasional asal Maluku yang melejit di ranah perfilman Indonesia sepeninggal Pietrajaya Burnama, Nico Pelamonia dan Butje Malawau.

Justru di Belanda sejak tahun 2013 lalu, telah muncul Jim Taihuttu dengan filmnya berjudul Rabat, yang langsung meraih sejumlah nominasi dalam Festival Film Belanda atau Nederlands Film Festival (NFF).

Pada 2013 itu juga, Jim merilis film berikutnya, Wolf. Film ini sekaligus mengantarkan dia menjadi sutradara terbaik dalam NFF tahun itu.

Tahun 2021 lalu, Filmnya De Oost yang berkisah tentang keadaan Hindia Belanda tahun 1946 selama Revolusi Nasional Indonesia ditayangkan di Mola Tv. Karyanya itu telah berhasil memenangkan NFF serta menyabet Septimius Awards sebagai Best European Film.

Kalau soal aktor dan aktris maka Maluku selalu punya regenerasi sejak era Broery Marantika menjadi pemeran utama film Akhir Sebuah Impian 1973 bersama melambungnya kidung Angin Malam dan Mimpi Sedih. Hingga sekarang ini di era Reza Rahardian Matulessy.

Selain itu, kita juga melihat festival film pendek sudah 2 kali dibuat oleh organisasi Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku (AMGPM). Ataupun banyaknya film-film independen dari tangan pemuda-pemudi di Maluku yang didaftarkan untuk mengikuti berbagai perlombaan di luar Maluku.

Semua fenomena ini sebetulnya menjadi momentum guna langkah positif menjajal berdirinya sebuah jurusan atau setidaknya program studi seni peran, drama, teater atau pun perfilman pada lembaga perguruan tinggi di Maluku.

Maluku sudah punya Fakultas dan program pasca sarjana mengenai musik di Institut Agama Kristen Negeri Ambon. Plus sebuah paduan orkestra dari kampus itu

Tidak ada salahnya bila kita mulai berpikir untuk menghadirkan seni peran secara ilmiah di level perguruan tinggi. Kebebasan berpikir dan berekspresi di Maluku sudah seharusnya diarahkan tanpa melupakan jiwa berkesenian yang melekat dengan manusia-manusia Maluku.

Akhirnya, Dari kidal maut Elyas Pical yang melegenda hingga nyanyian dan nada-nada romantis Glenn Fredly yang sudah difilmkan itu mengajak kita berpikir bahwa sudah waktunya seni peran menjadi bagian dari rencana pembangunan SDM Maluku.

Sehingga mungkin suatu kelak cita-cita yang belum terwujud dari sutradara legendaris Indonesia Buce Malawau untuk membuat film sejarah tentang kisah kepahlawanan “Ina Ata Dari Abubu” Martha Christina Tiahahu dapat dilaksanakan kelak oleh generasi yang lahir dari rahim pendidikan seni peran di Maluku.

Baca Juga:

Burung Surga…!

https://sentralpolitik.com/burung-surga-catatan-sentral-sepekan-terakhir/

Toh Film, seni peran dan musik adalah kesatuan yang tidak terpisahkan. Seni musik kita sudah punya, moga-moga untuk seni peran bisa terwujud. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *